Menjadi Ibu Baru dan Krisis Identitas Profesional

By Fikri Muhammad, Kamis, 8 Oktober 2020 | 11:43 WIB
(Babywise)

Nationalgeographic.co.id - Menjadi orang tua dapat mengubah seseorang. Peran dan identitas yang biasa diklaim - pengacara, wartawan, humas perusahaan - semuanya berada di urutan kedua setelah tanggung jawab baru menjadi seorang ibu

Bagi sebagian orang, penataan ulang prioritas ini dapat menyebabkan krisis identitas. Hal ini terutama berlaku bagi wanita, karena alasan sosial dan neurologis cenderung merasakan perpecahan antara tuntutan rumah dan pekerjaan yang akut.

Janna Koretz, seorang psikolog klinis, berbicara tentang Rachel, seorang klien lamanya yang menjadi pedagang sukses dan tidak pernah gagal dalam apapun di hidupnya. Ia tidak pernah mengira bahwa menjadi ibu yang bekerja akan menjadi sesuatu yang tidak dapat ditangani. Mengerjakan tugas ganda di lingkungan stres yang tinggi ialah deskripsi pekerjaannya.

Namun, ketika Rachel kembali bekerja setelah cuti melahirkan, Rachel tidak bisa menyamai standar kantor dan merasa kehilangan peran di rumah.  

Baca Juga: Peneliti Temukan Pohon yang Memiliki Racun Seperti Kalajengking

Koretz mengatakan dalam Harvard Business Review bahwa penelitian terbaru tentang neurobiologi keibuan telah memberikan beberapa petunjuk mengapa ibu baru sering mengalami kesulitan untuk kembali bekerja.

Setelah melahirkan, beberapa perubahan neurologis dan struktural yang terjadi dapat menyulitkannya untuk mereplikasi fungsi sebelumnya dengan tepat.

Ibu baru mempunyai kemampuan luar biasa untuk menganalisis tangisan bayi dan menebak dengan tepat apa yang dibutuhkan bayi. Namun otak tidak tahu tentang lingkungan kerja modern. 

Yang lebih mengerikan, adalah naluri yang dirasakan beberapa orang untuk seutuhnya menjadi ibu di atas pekerjaan lainya. Inilah yang menyebabkan bentrokan antara identitas menjadi ibu dan di dalam pekerjaan.

Memilih di antara dua identitas itu adalah hal yang sulit. Namun Koretz mengungkapkan ada dua hal yang bisa dipikirkan untuk menemukan solusi dari permasalahan tersebut. Pertama, pikirkan kembali kesuksesan. 

"Anda dulu membidik efisiensi dan efektivitas maksimum. Sekarang, Anda harus melepaskan banyak hal dan menyesuaikan definisi kesuksesan Anda. Saya jamin Anda akan sukses jika Anda menghargai diri sendiri atas semua pekerjaan Anda di rumah. Untuk melakukannya, coba definisikan ulang "sukses" sebagai menyelesaikan pekerjaan baik di dalam maupun di luar kantor," ucap Koretz.

Yang kedua, adalah pikirkan diri sendiri. Seiring berjalannya kehidupan, identitas akan banyak mengalami perubahan. Bahkan menjadi ibu baru, adalah identitas yang jauh diperluas maknanya.

"Menambahkan "orang tua" ke identitas Anda semestinya tidak mengharuskan Anda untuk meninggalkan bagian lama dari diri Anda," tulis Koretz. 

Memang tidak ada jawaban yang mudah menjadi ibu baru menurut Koretz. Namun hanya kerja keras untuk menjadi versi yang lebih baik dapat membantu memerangi krisis identitas yang sedang dialami.