AS, Rusia, dan Prancis Mengutuk Pertempuran di Nagorno-Karabakh

By Fikri Muhammad, Kamis, 8 Oktober 2020 | 15:08 WIB
Seorang tentara Azerbaijan mengendarai kendaraan lapis baja. (Azis Karimov)

Nationalgeographic.co.id - Amerika Serikat, Rusia, dan Prancis secara bersama menyerukan gencatan senjata antara pasukan Azerbaijan dan Armenia di Nagorno-Karabakh dalam pernyataan bersama yang dirilis pada Kamis lalu.

Tiga negara itu mengutuk eskalasi kekerasan yang terjadi dan mengimbau perdamaian di daerah sengketa itu.

Menurut laporan DW, lebih dari 100 orang, termasuk warga sipil, tewas dan ratusan lainya terluka. Termasuk di dalamnya dua jurnalis asal Prancis. Pertempuran pasukan Azerbaijan dan Armenia yang meletus pada minggu lalu adalah yang terbesar dalam konflik puluhan tahun sejak gencatan sejata tahun 1994.

AS, Rusia, dan Prancis adalah negara yang mengetuai Grup Minsk yang didirikan pada 1992 oleh Organization for Security and Cooperation in Europe (OSCE) untuk mendorong perdamaian di Nagorno-Karabakh.

Wilayah itu diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan tetapi dijalankan oleh penduduk etnis Armenia.

Peta Pertempuran Nagorno-Karabakh (DW)

"Kami menyesalkan hilangnya nyawa manusia dan menyampaikan belasungkawa kami kepada keluarga mereka yang tewas dan terluka. Kami menyerukan penghentian segera permusuhan antara pasukan militer terkait," kata tiga presiden dalam satu pernyataan.

AS, Rusia, dan Prancis menyeru Azerbaijan dan Armenia untuk terus melanjutkan negosiasi substantif dengan itikad baik dan tanpa prasyarat di bawah naungan OSCE.

Baca Juga: Presiden AS Donald Trump Positif COVID-19

Sementara itu, Turki, mengatakan bahwa tiga kekuatan Grup Minsk seharusnya tidak memiliki wewenang dalam negosiasi perdamaian.

"Mengingat bahwa AS, Rusia, dan Prancis telah mengabaikan masalah ini selama hampir 30 tahun, tidak dapat diterima bahwa mereka terlibat dalam pencarian gencatan senjata," kata Presiden Recep Tayyip Erdogan kepada parlemen Turki pada hari Kamis tak lama sebelum pernyataan bersama dirilis.

Erdogan mengatakan gencatan senjata yang langgeng hanya dapat dicapai jika "penjajah Armenia" menarik diri dari wilayah yang disengketakan.

Turki membantah telah mengirimkan tentara bayaran tetapi menambahkan bahwa mereka akan "melakukan apa yang diperlukan" untuk mendukung Azerbaijan.