Berlabuh

By , Selasa, 17 Februari 2009 | 13:10 WIB

Jika bicara tentang predator samudra, alangkah mudahnya meremehkan gajah laut. Satwa ini tidak memiliki gaya ningrat paus lodan, tubuh ramping hiu putih yang mirip pesawat jet, atau kecerdasan paus pembunuh yang luar biasa. Tidak seperti cumi-cumi raksasa atau macan tutul laut, satwa yang satu ini juga kurang punya aura misteri dan kesangaran. Bentuk tubuhnya juga seperti gambar kartun tokoh bajang atau si buruk rupa dalam dongeng anak-anak. Itu penjelasan gampang tentang hidungnya yang berbentuk belalai absurd yang dapat tumbuh hampir setengah meter, sehingga gajah laut adalah nama yang disematkan pada satwa tersebut. Dinilai dari tampilannya, inilah dia satu binatang yang salah tempat. Dengan tubuh sebesar mobil dan bentuk seperti buah pepaya, di daratan gajah laut selatan (Mirounga leonina) biasanya ditemukan bermalas-malasan di pantai. Namun sebagaimana halnya makhluk laut lainnya, hal yang sejati terletak di balik permukaan. Tentu saja, gajah laut bukanlah supermodel, tetapi di balik tubuh tambun bergelambirnya, gajah laut berubah menjadi pahlawan super. Hidupnya adalah serangkaian prestasi yang mengagumkan.!break!

Untuk melihat di mana aksi itu berlangsung, gerakkanlah jari Anda menyusuri peta Amerika Selatan sampai Anda menemukan Tierra del Fuego. Kemudian, geser jari langsung ke arah timur. Sekitar 1.450 kilometer selepas Kepulauan Malvinas, Anda akan menemukan Pulau Georgia Selatan, sebuah siluet tak rata sepanjang 160 kilometer dari puncak-puncak gunung bertudung es yang menyembul dari apa yang oleh sebagian orang dinamakan Samudra Selatan, yaitu sabuk perairan nan luas yang mengelilingi Antartika. Tempat ini adalah tujuan yang kejam bagi manusia dan hanya dapat dicapai dengan perjalanan perahu yang mengencangkan dan memutihkan ruas-ruas jemari dalam badai Atlantik Selatan yang dapat memakan waktu lima hari. Namun bagi gajah laut yang menghabiskan 80 persen waktunya berburu di perairan ini, Georgia Selatan adalah tempat berkumpul yang ideal. Ketika musim kawin tiba, sekitar 400.000 gajah laut selatan akan memenuhi pantai-pantai Georgia Selatan.

Penghimpunan tersebut dimulai pada pertengahan September, ketika gajah-gajah laut jantan tiba, menyeret tubuhnya ke pantai-pantai berbatu dan segera, mulai berkelahi. Ini bukanlah pergumulan kecil. Pergumulan itu dapat menjadi pertarungan berdarah dengan hidung yang robek, kulit terkelupas, dan bola mata jatuh ke tanah. Hasil dari berbagai perkelahian tersebut menjadi sangat penting: hanya sepertiga pejantan yang memenangi kesempatan untuk bereproduksi tersebut, sebuah jumlah yang kecil mengingat bahwa semua pejantan memiliki testoteron dan secara alamiah sama-sama terdorong untuk melanjutkan keturunan. Ukuran tentu saja menjadi faktor di sini. Gajah laut jantan dapat memiliki berat empat ton yang merupakan bobot kendaraan SUV besar dan jantan yang paling kolosal cenderung mendominasi. Pertarungan dalam memperebutkan wilayah ini juga menyajikan banyak pertunjukan lewat hidung yang mustahil itu, termasuk melenguh lewat hidung, menggelembungkan hidung, dan, secara umum, memamerkannya.

Para ilmuwan merujuk para pejantan pemenang sebagai penguasa pantai--masing-masing akan mengendalikan sebuah harem yang terdiri atas 20 betina untuk ukuran harem yang lebih kecil hingga kumpulan lebih besar yang terdiri atas 300 betina, dan dalam kasus-kasus yang ekstrem, kelompok harem raksasa dengan lebih dari 1.000 betina. Ketika para betina datang di awal Oktober dan menetap--pertama untuk melahirkan anak, lalu menyusuinya, dan kemudian, kira-kira tiga pekan pasca melahirkan, kawin lagi--bagian dari pekerjaan si penguasa pantai adalah melindungi betina-betinanya dari perhatian yang tak dikehendaki dari para jantan perampas. Dalam harem yang lebih besar, sejumlah jantan pecundang mencoba melakukan kontak seksual di sekitar pinggiran kelompok, tetapi sejumlah besar jantan taklukan berada di luar kelompok, frustasi dan masih agresif. Keadaan ini berarti lebih banyak perkelahian.

“Ini tentu saja bukan Disneyland,” kata Mike Fedak, ahli biologi dari National Environment Research Council Sea Mammal Group, Inggris. “Ada risiko-risiko yang signifikan terhadap keseluruhan bisnis harem ini.” Risiko-risiko tersebut bukan hanya bagi gajah laut, tetapi juga bagi manusia saat berada di dekatnya. Ketika para ilmuwan bergerak di antara kelompok-kelompok harem, mereka berhati-hati agar tak terperangkap di antara penguasa pantai dan para pesaingnya. “Anda benar-benar harus menjaga diri Anda,” ujar Fedak. “Mereka dapat bergerak dengan kegesitan yang mengagumkan untuk ukuran satwa yang tidak berlengan atau berkaki.” !break!

Pada akhir November, pesta menjelang usai dan gajah-gajah laut dewasa yang belum makan selama kurun tersebut, sudah kehilangan hingga separuh bobot tubuhnya. Sementara itu, anak-anak gajah laut bertambah berat kira-kira empat setengah kilogram sehari selama tiga minggu menyusu pada induk-induknya. Ketika seekor betina bersiap kembali ke laut, ia kawin, kemudian menyapih anaknya dengan kasar, meninggalkan anaknya itu untuk menjaga diri sendiri. Kemudian si betina pergi, hamil dengan anak yang akan dilahirkan tahun depan di pesisir yang sama.

Segera para jantan dan anak-anak mengikutinya ke laut--dan inilah tempat bagi gajah laut menunjukkan dirinya sebagai salah satu predator yang beradaptasi paling sempurna di Bumi. Begitu lepas dari pantai, gajah-gajah laut menempuh perjalanan lebih dari 12.875 kilometer dan menyelam hingga sedalam 1.525 meter, melampaui jangkauan kebanyakan kapal-kapal selam. Selama berbulan-bulan gajah laut berburu cumi-cumi dan ikan, mencari sumber nutrisi terkaya dalam laut, di mana kehidupan laut lainnya yang lebih rendah dalam rantai makanan dapat ditemukan. Gajah laut dapat tetap berada di bawah permukaan air selama dua jam dan hanya memerlukan beberapa menit waktu pemulihan di permukaan laut. Semua ini dimungkinkan oleh sejumlah kiat fisiologis yang elok, termasuk menghentikan beberapa bagian metabolisme untuk menghemat oksigen. Gajah laut dilengkapi dengan darah yang kaya oksigen--20 persen dari volume tubuhnya, hampir tiga kali lebih banyak dari manusia.

Mengingat berbagai kesulitan dalam mempelajari makhluk yang dapat ditemukan pada kedalaman lebih dari satu setengah kilometer di bawah es laut Antartika itu, para ilmuwan baru-baru ini mulai menempelkan pening satelit pada gajah laut. Selain menelusuri perpindahan binatang tersebut, pening juga memberi manfaat tambahan, yaitu membantu para pakar ilmu kelautan meneliti dan memahami berbagai dampak perubahan iklim. “Ada kekhawatiran yang nyata saat ini bahwa pola-pola sirkulasi samudra mungkin tengah berubah,” kata Fedak menjelaskan skenario yang akan berakibat sangat besar terhadap cuaca di Bumi. “Samudra Selatan memainkan peran penting dalam hal ini dan meski demikian, Samudra Selatan merupakan salah satu kawasan dengan data yang miskin. Gajah laut mampu membawa peralatan ke tempat yang tanpanya tak mungkin dilakukan pengambilan sampel air.”   Informasi tentang suhu air, salinitas, dan arus air di beberapa wilayah Samudra Selatan yang paling sulit didatangi sekarang sudah mengalir ke dalam program pengambilan sampel kelautan dengan memanfaatkan gajah laut selatan. Program itu sendiri telah berjalan selama lima tahun.

Jadi, tidak masalah dengan hidung aneh dan tubuh yang kikuk. Gajah laut selatan yang meluncur di bawah bentangan es nan biru tidak sekadar hidup menurut aturan alaminya. Seperti setiap pahlawan super, bantuannya menyelamatkan planet ini.