Arkeolog Temukan Bukti Ritual Pengorbanan Anak di Peru

By , Rabu, 2 Mei 2018 | 10:00 WIB

Para arkeolog di Peru telah menemukan bukti dari ritual pengorbanan anak-anak terbesar Di Peru. Mereka menemukan sekitar 140 kerangka anak muda yang tewas bersama 200 ilama sebagai bagian dari ritual persembahan, 550 tahun lalu.

Situs ini terletak di atas tebing yang menghadap samudra Pasifik di La Libertad, di mana peradaban Chimu muncul. Tebing itu berlokasi di Trujillo, kota ketiga terbesar di Peru yang memiliki 800 ribu penduduk.

Sementara ritual pengorbanan manusia di suku Aztek, Maya, dan Inca telah tercatat dalam sejarah dan didokumentasikan pada jurnal ilmiah, tapi penemuan di kebudayaan Chimu ini belum pernah terjadi sebelumnya.

(Baca juga: Arkeolog Temukan Kerangka Korban Pembantaian Massal Dari Abad Ke-5)

Penyelidikan itu dilakukan oleh tim internasional yang dipimpin oleh Gabriel Prieto, penjelajah National Geographic dari National University of Trujillo, dan John Verano, antropolog dari Tulane University.

Tim ini mengungkap bukti insiden pengorbanan anak-anak terbesar di Amerika – mungkin juga di seluruh dunia.

Penggalian dimulai sejak 2011. Saat itu, tim menemukan kerangka 42 anak-anak dan 76 ilama di kuil berusia 3500 tahun.

Saat penggalian selesai lima tahun kemudian, mereka lalu menemukan lebih banyak kerangka yang diperkirakan berasal dari tahun 1400-1450.

“Kerangka anak-anak dan hewan itu menunjukkan adanya pemotongan ke sternum dan dislokasi tulang rusuk. Menunjukkan bahwa dada korban dipotong, dibuka, dan ditarik – mungkin untuk mengeluarkan jantungnya,” tulis penelitian tersebut.

(Baca juga: Puluhan Kerangka Dari Zaman Romawi Ditemukan di Bawah Kolam Renang Hotel)

Para peneliti yakin anak-anak tersebut berusia lima hingga 14 tahun, meskipun kebanyakan berumur delapan sampai 12 tahu saat meninggal. Tubuh mereka dimakamkan menghadap arah Barat, menatap laut.

Sementara itu, umur ilama diketahui kurang dari 18 bulan. Ia dikubur menghadap ke arah Timur, menuju pegunungan Andes.

“Ini merupakan ritual pembunuhan sistematis,” kata Verano.