Nationalgeographic.co.id—Hasil sebuah riset menemukan bahwa penggunaan media sosial berkontribusi pada kesehatan mental yang buruk di Indonesia. Hasil riset ini disusun oleh tiga peneliti, yakni Sujarwono Sujarwono dari Universitas Brawijaya di Malang, Gindo Tampubolon dari University of Manchester di Inggris, dan Adi Cilik Pierewan dari Universitas Negeri Yogyakarta.
Dalam riset ini tim peneliti menemukan bahwa media sosial terbukti memberikan efek negatif pada kesehatan mental, seperti yang telah didokumentasikan dalam banyak hasil riset secara global. Namun secara spesifik, dalam riset ini mereka mengkaji untuk mengetahui lebih jelas dan detail mengenai mengapa media sosial dapat berdampak negatif pada kesehatan mental di Indonesia.
Para peneliti mengatakan bahwa tingkat ketidaksetaraan yang tinggi di Indonesia yang tersorot di media sosial merupakan salah satu penyebab timbulnya kecemburuan dan kebencian. Orang-orang dapat menjadi iri dan dengki saat melihat gambar-gambar di media sosial yang memperlihatkan betapa lebih beruntung dan bahagianya kehidupan orang lain.
Ketimpangan ekonomi dan sosial di Indonesia tercatat memang telah meningkat pesat sejak tahun 2000. Indonesia merupakan negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi tercepat ketiga di antara negara-negara G20, kelompok internasional yang terdiri dari Argentina, Australia, Brasil, Kanada, China, Uni Eropa, Prancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Korea Selatan, Turki, Inggris, dan Amerika Serikat.
Baca Juga: Kesehatan Mental Anak Muda dan Kelompok Minoritas Menurun Selama Pandemi
Pertumbuhan ekonomi ini turut memperlebar pula jurang antara mereka yang kaya dan mereka yang miskin. Selain itu, maraknya berita negatif terkait Indonesia yang menyebar di media sosial seperti kegagalan pemerintah, korupsi, kejahatan, konflik, dan kemiskinan juga turut memperburuk kesehatan mental orang-orang yang membacanya.
Dalam riset ini, para peneliti menganalisis perilaku dari 22.423 orang di 9.897 rumah di 297 kecamatan di Indonesia. Selain itu, mereka juga secara khusus mengamati percakapan yang ada di Facebook, Twitter, dan layanan aplikasi chat yang digunakan oleh orang-orang Indonesia tersebut.
Facebook dan Twitter dipilih dalam riset ini karena merupakan media sosial yang sangat populer di kalangan penduduk Indonesia. Facebook pernah melaporkan bahwa mereka memiliki total 54 juta pengguna di Indonesia. Angka ini menjadikan Indonesia sebagai negara pengguna Facebook terbesar keempat di dunia. Adapun Twitter pernah melaporkan memiliki 22 juta pengguna di Indonesia sehingga menempatkan Indonesia sebagai negara pengguna Twitter terbesar kelima di dunia.
Twitter juga pernah melaporkan bahwa pengguna Indonesia rata-rata mempublikasikan total 385 'Tweet' per detik. Angka yang sangat besar dan bisa menggambarkan betapa riuhnya media sosial di Indonesia.
Baca Juga: Bocah Empat Tahun Tak Sengaja Temukan Jejak Kaki Dinosaurus di Pantai
Berdasarkan hasil survei Riset Kesehatan Dasar Indonesia 2018 yang dikutip dalam laporan riset ini, prevalensi jumlah penduduk dengan gangguan jiwa di Indonesia diperkirakan mencapai 11,8 juta orang. Angka ini menjadikan masalah kesehatan mental sebagai salah satu beban utama kesehatan di Indonesia.
Gindo Tampubolon, salah satu peneliti dalam riset ini yang juga aktif di Global Development Institute, menekankan bahwa hasil riset ini merupakan pengingat yang kuat bahwa perkembangan teknologi juga memiliki sisi negatif. "Kami ingin mendorong para pejabat kesehatan masyarakat untuk berpikir secara kreatif tentang bagaimana kita dapat mendorong warga untuk berhenti dari media sosial atau menyadarkan mereka atas konsekuensi negatif yang dapat ditimbulkannya terhadap kesehatan mental mereka,” ujar Gindo dalam pernyataan resmi yang dilansir di laman University of Manchester.
Laporan hasil riset ini telah dipublikasikan di International Journal of Mental Health and Addiction pada Maret 2019 lalu. Temuan dalam riset ini menekankan pentingnya adanya kebijakan yang bisa mendorong orang-orang di Indonesia untuk menggunakan media sosial online secara bijaksana demi melindungi orang-orang tersebut dari efek berbahaya yang bisa ditimbulkan media sosial terhadap kesehatan mental mereka.