Atasi Persoalan Sampah Plastik dengan Ekonomi Sirkular, Bagaimana Masyarakat Dapat Berkontribusi?

By Yussy Maulia, Rabu, 17 Februari 2021 | 21:20 WIB
(Shutterstock)

Nationalgeographic.id – Menurut catatan Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS), sampah plastik yang diproduksi di Indonesia mencapai 64 juta ton per tahun. Dari jumlah itu, sebanyak 3,2 juta ton berakhir mencemari lautan.

Sementara, kapasitas daur ulang plastik nasional hanya mencapai sekitar 1,65 juta ton plastik per tahun. Dibandingkan dengan jumlah sampah yang diproduksi, jumlah kapasitas daur ulang tersebut masih sangat rendah.

Data Plastic Action Center menunjukkan, sampah plastik yang dibuang begitu saja membutuhkan waktu hingga 100 tahun untuk bisa terurai.

Pengelolaan sampah plastik agar tidak memberi dampak negatif pada lingkungan tidak dapat dihindari. Sebagai salah satu terobosan, ekonomi sirkular mulai diterapkan di Indonesia.

Baca Juga: Meneropong Prospek Ekonomi Sirkular sebagai Langkah Pelestarian Lingkungan

Menurut World Economic Forum (WEF), ekonomi sirkular merupakan prinsip untuk lebih efisien dalam mengelola sumber daya alam, mengurangi limbah produksi, dan menggunakan kembali bahan material yang sudah ada.

Ekonomi sirkular menggantikan model ekonomi linear yaitu beli, pakai, dan buang. Reduce, reuse, dan recycle (3R) menjadi bagian dari ekonomi sirkular.

Namun, untuk menyukseskan penerapan ekonomi sirkular peran berbagai pihak sangat diperlukan, mulai dari pemerintah, industri, hingga masyarakat.

Nah, Anda sebagai anggota masyarakat bisa ikut berperan dalam menciptakan ekosistem ekonomi sirkular. Dimulai dari kesadaran dan langkah kecil, Anda bisa membantu memperbaiki pengelolaan sampah plastik. Simak beberapa cara sederhana yang bisa dilakukan berikut.

Baca Juga: Bijak Menggunakan Plastik Lewat Ekonomi Sirkular

  1. Memilah sampah

Melakukan pemilahan sampah berdasarkan material penyusunnya penting untuk dijadikan kebiasaan. Dengan begitu, proses daur ulang akan lebih mudah dilakukan.

Secara umum, sampah dibagi menjadi organik dan anorganik. Sampah organik terdiri dari sampah basah, seperti sayur, buah, dan makanan. Sementara, sampah anorganik terdiri dari sampah yang sulit terurai, seperti kardus, kaleng, dan plastik.

Melansir dari laman Eco Ranger, Kamis (02/04/2020), ketika sampah tercampur dengan sampah organik yang lebih cepat mengalami dekomposisi, sampah anorganik yang seharusnya bisa didaur ulang nilai ekonomisnya jadi turun.

Hal ini karena sampah anorganik tercemar oleh senyawa yang dihasilkan sampah organik ketika membusuk.

Untuk mulai memilah sampah, Anda dapat menyiapkan terlebih dulu tempat sampah yang terpisah. Miliki tiga tempat pembuangan sampah, organik, anorganik berupa kaca atau plastik, dan kertas.

Baca Juga: Ekonomi Sirkular: Solusi di Tengah Menumpuknya Sampah Plastik

Anda yang tengah gemar memelihara tanaman hias atau berkebun dapat mulai belajar mengubah sampah organik menjadi kompos. Sementara, untuk mengelola sampah anorganik Anda bisa mulai mencari tahu soal cara menggunakan ulang atau mengirim ke pusat daur ulang sampah.

AQUA sebagai produsen air kemasan turut berupaya untuk memudahkan masyarakat mengirimkan sampah plastik yang telah dipilah ke pusat daur ulang sampah, salah satunya melalui kerja sama dengan aplikasi Octopus.

Melalui aplikasi ini, masyarakat bisa memesan layanan penjemputan sampah plastik dari rumah. Selain itu, masyarakat bisa mendapat poin untuk setiap sampah botol plastik yang dikirimkan. Poin yang terkumpul dapat ditukarkan menjadi kupon atau disumbangkan untuk membantu kesejahteraan pemulung di sekitar tempat tinggal mereka.

  1. Lakukan reuse sampah plastik

Reuse merupakan prinsip mengolah sampah untuk digunakan kembali. Biasanya, reuse dilakukan dengan menggunakan kembali barang tersebut untuk fungsi lain tanpa merubah bentuknya.

Reuse bisa dilakukan pada produk kemasan plastik, misalnya seperti mengubah botol air mineral bekas menjadi pot tanaman atau wadah alat-alat tulis. Selain itu, reuse juga dapat diterapkan dengan menggunakan kantong plastik berulang kali alih-alih sekali pakai saja.

Prinsip reuse merupakan salah satu perwujudan ekonomi sirkular untuk menggunakan kembali bahan material yang sudah ada.

Baca Juga: Upaya Mengurangi Sampah Plastik dengan Daur Ulang Botol Plastik

  1. Bijak dalam membuang sampah plastik

Anda bisa membantu menyukseskan penerapan ekonomi sirkular dengan bijak membuang sampah plastik. Anda sebaiknya jangan hanya melakukan pemilahan sampah di rumah.

Saat bepergian ke tempat umum, upayakan untuk selalu membuang sampah plastik di tong sampah anorganik. Saat ini, hampir semua tempat umum sudah menyediakan tempat sampah terpisah antara organik dan organik.

Selain itu, mengingat sampah plastik sulit terurai dan bisa menyebabkan kerusakan lingkungan, maka diperlukan kesadaran untuk tidak membuang sampah plastik sembarangan.

Anda dapat meniru aksi yang dilakukan oleh komunitas Malu Dong di Bali.

Komunitas yang dibangun sejak 2009 oleh Komang Sudiarta ini sering mengadakan aksi memungut sampah plastik di tempat-tempat umum seperti pantai, sekolah, hingga acara festival dan konser musik.

Aksi tersebut merupakan upaya komunitas Malu Dong untuk membangun kesadaran masyarakat Bali akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan.

Sebab, persoalan sampah merupakan tanggung jawab yang harus dipikul bersama. Lakukan aksi kecil-kecilan serupa bersama teman-teman di fasilitas publik. Namun, jangan lupa untuk terapkan protokol kesehatan selama kegiatan pungut sampah.

Baca Juga: Bersama Ciptakan Kebaikan Untuk Bumi, Kolaborasi untuk Atasi Masalah Sampah di Indonesia

  1. Gunakan produk daur ulang

Selain menerapkan reuse, memilih produk daur ulang yang ramah lingkungan juga merupakan salah satu implementasi ekonomi sirkular dalam mengurangi limbah produksi.

Saat ini, sudah banyak perusahaan yang memproduksi barang kebutuhan sehari-hari dengan menerapkan prinsip ramah lingkungan. Salah satunya adalah AQUA.

AQUA mewujudkan penerapan ekonomi sirkular dengan menciptakan Recycle Business Unit (RBU) untuk mengelola dan mendaur ulang sampah botol plastik.

Saat ini, AQUA sudah memiliki enam RBU yang tersebar di Tangerang Selatan, Bandung, Lombok, dan Bali. Melalui RBU miliknya, AQUA telah mengumpulkan rata-rata 13.000 ton sampah kemasan plastik setiap tahun.

Pada 2019, AQUA juga berhasil menciptakan AQUA Life—botol plastik pertama di Indonesia yang kemasannya terbuat dari bahan daur ulang serta tidak menggunakan label. Menyusul di akhir tahun 2020, AQUA melanjutkan inovasi produknya di Bali dengan meluncurkan botol 600ml yang 100 persen terbuat dari rPET dan sepenuhnya dapat didaur ulang.

Berbeda dengan label pada umumnya yang terbuat dari PVC dan harus dipisahkan sebelum memasuki proses daur ulang, label dari botol 100 persen r-PET AQUA terbuat dari bahan PET untuk memudahkan proses daur ulang pada saat bersamaan dengan komponen lainnya.

Baca Juga: Danone-AQUA Perkenalkan Botol 100% Daur Ulang di Jakarta

Dalam proses pembuatan botol baru, AQUA memastikan seluruh material botol memenuhi kriteria pangan, SNI, BPOM, tersertifikasi halal sehingga steril dan aman untuk mewadahi air AQUA yang telah dilindungi dari sumbernya sehingga dapat melindungi konsumennya.

Meski demikian, upaya menerapkan sirkular ekonomi tidak bisa dijalankan oleh pelaku industri saja. Sebab, kolaborasi dan kesiapan dari pemerintah, komunitas, hingga masyarakat juga diperlukan untuk membangun ekonomi sirkular yang berkelanjutan.

Untuk itu, National Geographic Indonesia (NGI) bersama dengan AQUA mengajak masyarakat untuk mengenal lebih jauh tentang #BijakBerplastik dan ekonomi sirkular, khususnya yang dilakukan di Bali, sehingga bisa menjadi solusi dari isu sampah plastik yang ada.

Berbagi cerita AQUA ()

Seperti diketahui, Bali sebagai destinasi wisata pantai hingga kini masih terus berupaya mengatasi sampah plastik, termasuk dari aktivitas wisata. 

Melalui webinar yang bertajuk “Inspirasi Bijak dari Pulau Dewata untuk Kebaikan Lingkungan”, NGI dan AQUA akan mengajak pembaca melihat lebih dekat bagaimana upaya masyarakat, pemerintah, dan industri bahu-membahu menciptakan ekosistem ekonomi sirkular di sana.

Sebagai pembicara, akan hadir Komang Sudiarta dari komunitas Malu Dong, Indonesian Representative dari Octopus.ina dan Systemiq, serta Head of Climate & Water Stewardship Danone Indonesia Ratih Anggraeni.

Webinar ini akan digelar pada Jumat, 19 Februari 2021 pukul 15:30 – 17.00 melalui Zoom. Untuk informasi dan pendaftaran, Anda bisa kunjungi tautan ini.