Kenapa Atmosfer Matahari Jauh Lebih Panas daripada Permukaan Matahari?

By Utomo Priyambodo, Sabtu, 29 Mei 2021 | 13:00 WIB
Pelepasan massa koronal (CME) akibat badai matahari. (Wikimedia Commons/NASA Goddard Space Flight Center)

Medan-medan ini kemudian diseret dari interior Matahari secara konveksi, dan meluncur ke permukaannya yang terlihat dalam bentuk bintik matahari gelap. Bintik matahari ini merupakan gugusan medan magnet yang dapat membentuk berbagai struktur magnet di atmosfer matahari.

"Di sinilah teori Alfven masuk. Dia beralasan bahwa di dalam plasma magnet Matahari, setiap gerakan massal partikel bermuatan listrik akan mengganggu medan magnet, menciptakan gelombang yang dapat membawa energi dalam jumlah besar sepanjang jarak yang sangat jauh --dari permukaan Matahari ke atmosfer atasnya. Panas bergerak di sepanjang apa yang disebut tabung fluks magnetis matahari sebelum meledak ke korona, menghasilkan suhu tinggi," tulis Korsos dan Morgan.

Gelombang plasma magnetik ini sekarang disebut gelombang Alfvén. Adapun perannya dalam menjelaskan pemanasan koronal menyebabkan Alfén dianugerahi Hadiah Nobel dalam Fisika pada tahun 1970.

Baca Juga: Matahari Semakin Berbadai, Akan Mencapai Puncak untuk Gerhana Total

 

"Namun tetap ada masalah untuk benar-benar mengamati gelombang ini. Ada begitu banyak hal yang terjadi di permukaan Matahari dan atmosfernya --dari fenomena yang berkali-kali lebih besar dari Bumi hingga perubahan kecil di bawah resolusi instrumentasi kita-- sehingga bukti pengamatan langsung gelombang Alfvén di fotosfer belum pernah dicapai sebelumnya," tulis Korsos dan Morgan.

Namun kemajuan terbaru dalam instrumentasi telah membuka jendela baru di mana kita dapat memeriksa fisika matahari. Salah satu instrumen tersebut adalah Interferometric Bidimensional Spectropolarimeter (IBIS) untuk spektroskopi pencitraan yang dipasang di Dunn Solar Telescope di negara bagian New Mexico, Amerika Serikat. "Instrumen ini memungkinkan kami untuk melakukan pengamatan dan pengukuran Matahari yang jauh lebih rinci," kata mereka.

"Dikombinasikan dengan kondisi tampilan yang baik, simulasi komputer yang canggih, dan upaya tim ilmuwan internasional dari tujuh lembaga penelitian, kami menggunakan IBIS untuk akhirnya memastikan, untuk pertama kalinya, keberadaan gelombang Alfvén dalam tabung fluks magnetis surya."

Maka teori Alfen yang berumur 80 tahun itu pun akhirnya bisa terkonfirmasi. Kosmos dan Morgan telah membuktikan keberadaan gelombang Alfvén tersebut.