Juru peta krisis

By , Selasa, 18 Juni 2013 | 12:40 WIB
Patrick Meier sedang duduk di apartemennya di Medford, Massachusetts, saat gempa pada Januari 2010 melanda Haiti. Calon pemegang gelar PhD dari Tufts berusia 35 tahun ini dengan segera membantu para korban gempa—tanpa sekali pun meninggalkan rumahnya. Melalui laptopnya, ia mengerahkan ratusan relawan mengumpulkan data penting dari Twitter, SMS ponsel, laporan PBB, dan lainnya. Upayanya itu membimbing penduduk, pekerja kemanusiaan, serta US Coast Guard. Para pakar mengungkapkan, petanya menyelamatkan ratusan nyawa. Meier, warga Swiss yang besar di Afrika, kini memetakan krisis-krisis yang terjadi di seluruh dunia. Anda dikecam oleh PBB setelah situasi di Haiti. Mengapa? Beberapa lembaga PBB berupaya keras untuk merespons gempa Haiti, tetapi lamban bergerak. Sementara itu, sekelompok tim relawan di Boston yang bersalju, memetakan dampak gempa dalam waktu yang hampir riil, menyediakan informasi terbaru untuk dimanfaatkan orang-orang profesional. Bagaimana pertama kali Anda terjun ke dalam pemetaan? Sewaktu usia saya 12 tahun, Perang Teluk pertama pecah. Saya punya peta besar Timur Tengah dan mulai memetakan perkembangan terbaru dengan krayon, pena, dan spidol. Apa saja yang sudah Anda dan tim tangani sejauh ini? Haiti mengawali semuanya. Satu bulan kemudian terjadi gempa di Cili. Lalu banjir di Pakistan pada musim panas tahun yang sama. Kebakaran di Rusia pada Juli. Banjir di Brisbane, Januari. Gempa bumi besar di Christchurch, Selandia Baru, Februari itu. Peta krisis pemilu di Mesir, di Tunisia. PBB meminta kami meluncurkan peta krisis di Libia. Saat memetakan daerah perang, apakah Anda khawatir datanya akan jatuh ke pihak yang salah? Tentu saja. Peta-peta tersebut bisa digunakan untuk tujuan kebaikan atau keburukan. Di Libia, peta itu bisa dimanfaatkan PBB untuk mengoordinasikan operasi penyelamatan, atau pengikut Khadafi untuk menemukan konvoi kemanusiaan mana yang bisa diserang. Jadi kami mengamankan peta tersebut dengan kode sandi. Anda mengambil risiko yang sangat nyata ketika membuat peta seperti ini, dan harus memastikan agar Anda tak menempatkan orang lain dalam bahaya. Apakah memang sangat berbahaya dengan membuat peta semacam itu? Ada alasannya mengapa kami tidak mau terlibat di Suriah. Rezim di Suriah memiliki mata-mata melalui jaringan komputer yang canggih, sementara di Libia tidak. Kami pun melakukan analisis untung-rugi dan menolak permintaan kali itu.