Terbang Menghadapi Bahaya

By , Selasa, 18 Juni 2013 | 12:46 WIB
ÇAĞAN ŞEKERCIOĞLU adalah ahli ornitologi yang bertugas mendokumentasikan dan mencegah kepunahan burung. Dia juga seorang profesor di AS yang menggerakkan sebuah kelompok konservasi pemenang-penghargaan di negara asalnya, Turki. Mengapa Anda melakukan apa yang Anda lakukan sekarang? Siapa yang menginspirasi Anda? Saya selalu tertarik dengan alam. Sementara anak-anak lain sedang bermain sepak bola, saya membawa pulang serangga dan hewan lainnya. Ibu saya bahkan membawa saya ke seorang psikiater anak! Tetapi, ayah tercinta adalah inspirasi terbesar saya. Selama masa ekonomi yang sulit ia meninggalkan pekerjaan akuntannya yang aman untuk mendirikan perusahaan model pesawat pertama di Turki. Usaha ini bertahan hingga 30 tahun. Apakah bahaya fisik dari pekerjaan Anda? Saat melakukan survei burung, saya pernah diserang beruang grizzly di Alaska dan gajah di Tanzania. Saya pernah tersandung ular puff adder berbisa di Uganda, terjebak di antara militer dan teroris, disangka mata-mata, dan ditodong senjata. Mobil saya dibajak di Etiopia, dan diserang gerombolan orang berparang di Kostarika. Apakah secara politis menyulitkan untuk menjadi seorang pelestari lingkungan di Turki? Itu terjadi ketika saya mengkritik lembaga-lembaga yang memberikan izin pada penelitian saya. Tetapi, sudah menjadi tugas saya sebagai ilmuwan untuk mengatakan yang sebenarnya. Pemerintah berbicara tentang konservasi, namun prioritasnya adalah untuk mengubah alam menjadi uang tunai. Mereka melakukan penghijauan sementara tetap menebang hutan tua. Namun, jika saya berbicara terlalu banyak, saya akan dihukum untuk alasan yang tampaknya resmi dan legal. Tindakan pembalasan di Turki biasanya secara tidak langsung. Apakah Anda pernah merasa gentar oleh semua risiko yang Anda hadapi? Yah, saya bukannya secara sengaja mencari risiko. Tapi saya juga tidak menghindarinya. Mengambil risiko berarti Anda bisa gagal. Tapi jika Anda gagal, setidaknya Anda mencoba. Dan saya bisa melakukan itu semua. Jika pada akhirnya saya gagal, setidaknya saya gagal dalam perjuangan.