Detektif Kucing

By , Selasa, 18 Juni 2013 | 14:37 WIB
JAROSLAV FLEGR mendapati dirinya terinfeksi Toxoplasma gondii pada 1990. Parasit ini biasanya hidup (dan berkembang biak) pada kucing. Ia baru tahu bahwa parasit ini sering kali meloncat dari kucing ke manusia melalui wadah tinja kucing atau air yang tercemar, tetapi yang benar-benar memukaunya adalah bagaimana parasit itu meloncat dari kucing ke kucing: ternyata lewat tikus. Ketika menginfeksi, “tokso” membajak otak tikus. Akibatnya, si tikus lebih aktif, lebih berani menghadapi bahaya, bahkan secara seksual tertarik aroma urin kucing. Pengetahuan ini membuat Flegr mengembangkan gagasan radikal untuk ditelaah: Mungkin tokso mengendalikan otaknya. Rekan-rekannya mengatakan dia sinting. Akan tetapi, dugaannya terbukti benar. Mengapa Anda menduga tokso mengendalikan Anda? Saya pikir hal itu bisa menjelaskan perilaku aneh saya—perilaku yang tidak cocok bagi saya, tetapi cocok bagi parasit yang memerlukan inang baru. Misalnya, saya menyeberangi jalan yang ramai, tetapi tidak cepat-cepat lari ke tepi saat mobil membunyikan klakson. Belakangan saya baru tahu bahwa orang yang terinfeksi oleh tokso ternyata 2,6 kali lebih mungkin mengalami kecelakaan lalu lintas. Jadi, tokso mengganggu otak sehingga orang menjadi ceroboh? Sebenarnya, pada manusia, tokso sangat memperlambat waktu untuk bereaksi sehingga memengaruhi pula risiko kecelakaan lalu lintas. Orang yang terinfeksi juga cenderung kurang hati-hati. Bagi pria, aroma urin kucing sangat memikat. Ilmuwan kini menerima teori Anda. Awalnya, orang menyebut Anda gila. Bagi banyak orang, fenomena ini sulit dipercaya—bahkan saya pun, pada awalnya, sulit memercayai bahwa hal-hal yang saya amati itu nyata. Karena tokso mungkin menyebabkan kematian ratusan ribu orang per tahun—dan mungkin juga begitu banyak kasus skizofrenia—pengamatan saya itu menjadi penting. Tetapi, masih belum ada obatnya. Hipotesis yang tidak masuk akal adalah ciri khas Anda. Tantangannya? Saat saya mengirimkan tulisan ke sejumlah jurnal terkemuka, sering kali langsung ditolak, tanpa melalui penelaahan formal. Mengajukan teori menarik memang mengundang bahaya, seperti ketika saya mengatakan bahwa teori Darwin tak sepenuhnya benar dan dapat disempurnakan. Saya langsung dicap sebagai ilmuwan picisan. Sebaliknya, jika saya, katakanlah, meneliti interaksi molekul, mungkin saya akan lebih termasyhur. Tetapi, saya menyukai masalah yang tidak menarik bagi peneliti lain. Dan saya sangat senang melakukan penelitian saya.