Peneliti Es

By , Selasa, 18 Juni 2013 | 14:39 WIB
LONNIE THOMPSON sudah pernah mendaki hingga mencapai gletser di puncak gunung, mulai dari Peru hingga Cina selama 38 tahun terakhir. Ia menggali data penting tentang iklim yang terperangkap jauh di dalam es. Gletser setebal ratusan meter dapat mengandung informasi berusia ribuan tahun: lapisan salju dan debu musim kemarau. Konon Thompson adalah sosok yang menghabiskan waktu lebih lama di atas 5.500 meter dibandingkan siapa pun—1.099 hari, menurut hitungan terakhir. Data yang didapatkannya menunjukkan bahwa Bumi memanas dengan kecepatan tertinggi dalam sejarah manusia. Akibatnya, es meleleh—dan hasil penelitiannya memicu kekhawatiran baru. Anda tinggal selama berminggu-minggu di atas 5.500 meter. Saat melakukan pengeboran gletser Dasuopu di kawasan Himalaya, kami tinggal di atas 7.000 meter selama enam minggu. Para pendaki tak melakukannya. Anda harus bersedia menghadapi tantangan. Salah satu tantangannya adalah membawa enam ton peralatan berkemah dan pengeboran hingga ke ketinggian di atas 7.000 meter. Tantangan lain adalah petir. Maksud saya, kami berada di ketinggian sambil membawa alat bor, ibarat memegang penangkal petir tertinggi di dunia. Saya pernah menyaksikan petir menyambar pada jarak tiga meter di depan saya. Anda menjalani cangkok jantung tahun lalu. Seandainya saya tidak mendaki sekian banyak gunung, apakah saya akan mengalami masalah jantung seperti yang saat ini saya alami? Tak ada yang tahu. Ayah saya wafat pada usia 41 tahun akibat serangan jantung. Siapa tahu, mungkin saya berumur lebih panjang justru karena suka mendaki gunung. Mengapa Anda masih terus bekerja? Karena kita menyaksikan kondisi Quelccaya di Peru, tempat yang sudah saya kunjungi 26 kali, terus memburuk. Kita tahu, sudah tidak ada harapan. Jadi, pekerjaan saya ibarat operasi penyelamatan—menangkap sejarah, sebelum benar-benar musnah untuk selamanya. Kata Anda, data saja tidak akan bisa mengubah perilaku manusia. Sudah sifat manusia untuk hanya menangani hal-hal yang ada di depan mata saat ini. Pada saat kita kehilangan rumah atau panen karena kebakaran atau kekeringan pada saat kita meraihnya dengan kerja keras—kita pasti memekik “Wah! Ada apa ini?” Dan hal itu sudah mulai terjadi. Di suatu titik nanti, diskusinya akan berubah dengan pesat. Akan tampak seakan terjadi dalam semalam saja.