Menuju Wilayah tak Dikenal

By , Selasa, 18 Juni 2013 | 14:45 WIB
Sylvia Earle menghabiskan hampir setahun hidupnya menyelam di bawah laut. Pada 1960, ahli kelautan itu harus berjuang untuk bergabung dengan ekspedisi. Perempuan tidak diterima dengan tangan terbuka. Hari ini, penjelajah legendaris berusia 77 tahun itu berjuang demi pelestarian cagar-cagar laut. Apakah Anda merasa sedang mengambil risiko? Saya tak merasakan hal itu, karena sejak kanak-kanak, itulah yang ingin saya lakukan. Saya bahkan tak tahu bagaimana mesti menyebutnya. Yang saya tahu, alam adalah tempat seharusnya saya berada. Apakah Anda masih menyelam? Ya. Dengan ber-snorkeling, saat melakukan perjalanan. Saya punya fins merah yang saya sebut sebagai sirip rubi. Apakah Anda pernah merasa kewalahan dengan ekspedisi Anda? Pernah saat saya selesai menyelam, perahunya tak ada di tempatnya. Sementara saya harus membantu kawan yang panik. Tetapi saya yakin perahunya akan kembali. Pernahkah Anda merasa takut? Saya berusaha sekuat tenaga memuaskan diri bahwa segalanya telah diperiksa. Saya percaya kepada para teknisi yang membangun mesin, dan saya tahu ada cadangannya. Jika terjadi masalah, ada protokol untuk diikuti. Kemudian saya menyingkirkan kekhawatiran itu. Hal apakah yang Anda anggap lebih menegangkan daripada menyelam? Mengendarai mobil. Orang mengira memasuki kapal selam kecil dan menghilang di bawah permukaan sangatlah berisiko, seperti yang dialami para astronaut, seperti yang Anda alami ketika naik pesawat. Risiko yang saya paling saya khawatirkan adalah risiko merasa berpuas diri. Bagaimana lautan mengubah perjalanan karier Anda? Kami telah banyak belajar, juga kehilangan banyak. Setengah terumbu karang hilang atau dalam kondisi menurun. Ini seperti sebuah perlombaan: Bisakah kami mengambil tindakan mumpung masih ada waktu?