Benih Flora

By , Selasa, 22 Desember 2009 | 11:48 WIB

Kita, manusia, sering tak menghargai banyak hal. Salah satunya tentu kemampuan berjalan, merangkak, atau bahkan keberanian mendekati lawan jenis yang menarik hati saat sedikit mabuk. Tumbuhan tak punya kemewahan seperti itu. Dalam sebagian besar sejarah panjangnya di muka bumi, untuk kawin tumbuhan hijau harus berdekatan hingga nyaris bersentuhan. Lumut daun menyebarkan spermanya yang pucat bersama air hujan agar terhanyut ke lumut daun di dekatnya. Hal ini juga dilakukan oleh tumbuhan periode awal. Namun, metode ini memerlukan kelembapan. Tumbuhan hanya dapat bertahan di tempat lembap saat butir air menjamin hubungan jantan dan betina. Karena itulah sebagian besar bumi berwarna cokelat.!break!

Lalu suatu hari lebih dari 375 juta tahun lalu, terjadilah sesuatu. Salah satu galur tumbuhan berevolusi menghasilkan benih dan butir serbuk sari. Sejak itu semua berubah. Tak usah berbasa-basi. Serbuk sari adalah sperma tumbuhan—dua sperma per butir—berselubung dinding tunggal biasanya berwarna keemasan, yang melindungi dan membuatnya bergerak. Jika jarak pemisah menjadi masalah dalam sejarah panjang tumbuhan, serbuk sari memecahkannya, melintasi jarak beberapa meter hingga lintas benua. Penyerbukan antara tumbuhan yang berjauhan merupakan trik evolusi yang mengubah dunia.

Kemungkinan berhasil masih kecil. Serbuk sari terjun ke embusan angin dengan harapan ada beberapa butir yang sampai ke tujuan. Seiring waktu terciptalah cara lain. Kantong serbuk pecah dan melontarkan butir serbuk. Serbuk sari membentuk sayap seperti balon agar terbawa embusan angin. Tumbuhan mulai menghasilkan ribuan, jutaan, miliaran butir serbuk. Dibuat banyak agar kemungkinan berhasilnya lebih besar.

Target setiap butir serbuk yang jumlahnya miliaran itu adalah ovul (bakal biji) terbuka dari tumbuhan lain yang berspesies sama. Di ovul yang berisi sel telur, butir serbuk berusaha membuat tabung untuk menghubungkan sperma dan telur. Jika serbuk sari mendarat pada tumbuhan spesies lain atau telah terlalu lemah atau tua, tabungnya tak terbentuk. Namun, keberhasilan sering pula terjadi. Setelah itu salah satu dari dua sperma itu, yang terpilih, memasuki tabung dan melakukan pembuahan. Biji yang hidup pun berkembang. Keberadaan demikian banyak tumbuhan merupakan bukti suksesnya peristiwa intim yang kecil sekali kemungkinan berhasilnya ini.

Hidup terus berlanjut seperti ini: Serbuk sari terbawa angin dan jika bernasib baik sampai ke ovul, selama jutaan tahun, hingga keadaan berubah lagi—“ledakan dahsyat yang senyap,” demikian menurut naturalis Loren Eiseley. Pada salah satu galur, tumbuhan membentuk biji yang terbungkus buah dan dilindungi kelopak. Galur ini, angiosperma, lebih mampu bertahan karena ovulnya terlindung (dalam ovarium yang berubah menjadi buah) juga karena kelopaknya menarik binatang yang secara tak sengaja membawa serbuk sari di bulu atau kulitnya. Hewan membawa serbuk sari dari satu bunga ke bunga lainnya secara lebih konsisten dibanding angin, sehingga tumbuhan berkelopak menarik lebih sukses berevolusi. Bunga menciptakan aneka corak warna untuk menarik perhatian, juga nektar sebagai pemikat tambahan. Beribu-ribu hewan datang. Burung kolibri dan burung madu mengembangkan paruh panjang untuk menghirup nektar. Rama-rama, lebah, dan serangga mengembangkan belalai pengisap panjang. Kelelawar mengembangkan lidah lengket yang panjang—beberapa hampir dua kali panjang tubuhnya.!break!

Pada saat bersamaan, hewan pengumpul nektar juga menyebarkan serbuk sari. Kumbang lilin mengumpulkan serbuk sari di bulu halusnya saat berkeliling di antara kembang sambil mereguk nektar, dan pada saat bersamaan menyebarkan serbuk sari itu saat berdengung di tengah bebungaan. Kemudian hewan itu melangkah lebih jauh dengan mengumpulkan serbuk sari yang melekat ke dalam keranjang kecil yang disebut korbikula di kaki belakangnya. Begitu sampai ke sarang, lebah menyimpan serbuk sari itu ke dalam wadah lilin, sebagai cadangan makanan.

Agar tumbuhan bisa membuahi dari jarak jauh, serbuk sari dan pada akhirnya bunga mengalami diversifikasi yang dahsyat, mengubah planet cokelat menjadi hijau, kemudian merah, kuning, putih, jingga, dan warna-warni lainnya. Serbuk sari juga berdiversifikasi. Pada tumbuhan beserbuk sari yang jumlahnya 300.000 spesies di Bumi, ada 300.000 jenis serbuk sari yang berbeda. Warna, bentuk, dan tekstur butirnya yang sangat beragam terbentuk sesuai dengan kebutuhan khusus setiap tumbuhan. Tumbuhan yang diserbuki kumbang cenderung memiliki serbuk sari yang halus dan lengket, mudah menempel ke punggung kumbang yang lamban. Tumbuhan yang diserbuki lebah atau serangga yang gesit mungkin memiliki serbuk sari berduri yang dengan mudah dapat menyisip di antara bulu serangga itu. Tanaman yang diserbuki oleh hewan yang lebih besar seperti kelelawar, terkadang memiliki serbuk sari yang lebih besar, walaupun tak selalu—bahkan mungkin jarang. Masih banyak yang belum diketahui dari detail keragaman serbuk sari.

Cerita terbaru tentang riwayat serbuk sari tidak terekam oleh keberhasilan, tetapi oleh kegagalan. Udara, sebersih apa pun, dipenuhi serbuk sari gagal yang terbawa pusaran angin. Miliaran butir serbuk sari sampai ke stratosfer. Bahkan saat ini, saat Anda membaca, beberapa butir mungkin jatuh ke tangan atau muka, atau ke kucing Anda. Serbuk sari mengendap dan membentuk sedimen, lapis demi lapis terutama di dasar danau atau kolam.

Dalam lapisan yang melapuk dengan lambat itu, serbuk sari menjadi buku sejarah yang bertahan jauh melebihi tumbuhan yang menghasilkannya. Serbuk sari rumput dalam sedimen berarti ada padang rumput, serbuk sari pinus menandakan hutan pinus, dan seterusnya—kumpulan data terperinci diungkap dari dalam lumpur. Ahli palinologi mengambil sampel endapan lapisan dasar danau untuk memeriksa perubahan tanaman dari satu lapisan ke lapisan berikutnya. Secara keseluruhan, riwayat kehidupan tumbuhan yang berubah itu dapat berlangsung selama ribuan tahun atau lebih.!break!

Para ilmuwan yang mempelajari serbuk sari dalam sampel inti melihat perubahan dalam frekuensi kebakaran, penyusutan dan penyebaran spesies bersamaan dengan proses terbentuknya gletser, dan sebagainya. Namun, perubahan terbesar dalam beberapa alaf terakhir baru saja terjadi, sejalan dengan kemajuan teknologi manusia. Dengan berkembangnya pertanian, serbuk sari pohon makin sedikit dari tahun ke tahun, sementara serbuk sari serealia dan gulma semakin banyak. Sementara kita mengubah iklim bumi, spesies yang telah lama beradaptasi dengan dingin akan semakin langka dan serbuk sari pendatang baru dari wilayah yang lebih hangat akan meningkat. Terbetik kabar di seluruh dunia, serbuk sari spesies Asia bermunculan di Amerika Utara, spesies Afrika di Hawaii, spesies Australia di Afrika Selatan.

Serbuk sari mencatat kemajuan peradaban sebelumnya. Di dataran rendah Maya di Guatemala, awalnya serbuk sari pohon hutanlah yang paling umum. Sekitar 4.600 tahun yang lalu, serbuk sari jagung mulai muncul. Pada 2.000 tahun yang lalu, sebagian besar serbuk sari berasal dari tumbuhan yang terkait dengan pertanian.

Lalu, sekitar seribu tahun yang lalu, serbuk sari jagung mulai menghilang. Demikian pula serbuk sari rumput liar. Akhirnya, serbuk sari pohon kembali. Saat melihat perubahan ini, para ahli palinologi dapat menduga lanjutan kisahnya. Burung juga kembali, demikian pula lebah dan bahkan kelelawar yang berlidah panjang dan lengket. Seperti semua catatan, catatan serbuk sari memiliki bias, tetapi di sini pesan utamanya tidak memerlukan banyak penafsiran. Peradaban bangkit lalu memudar—candi terlilit oyot dan pepohonan kembali menjulang dengan untaian bunga dan serbuk sari yang melimpah yang kembali tersebar ke udara dan punggung hewan yang beterbangan. Apa pun yang terjadi pada kita dalam tahun-tahun mendatang, serbuk sari akan terus mencatat. Tidak mengkritik, hanya bersaksi.

Semua kehidupan, termasuk kita, terasa mustahil bertahan di muka bumi. Akan tetapi tumbuhanlah, yang tergantung pada lalu-lintas serbuk sari, yang terasa paling mustahil. Namun selalu ada cara bagi serbuk sari untuk mencapai tujuannya, seperti yang telah terjadi sebelum masa dinosaurus. Saat capung raksasa melayang di udara, serbuk keemasan itu pasti melekat di bulu prasejarah mereka.