Sementara perdebatan tentang Natuf meruncing, Schmidt dengan hati-hati bekerja di Göbekli Tepe. Sekali lagi, temuannya memaksa banyak peneliti mempertimbangkan kembali teori mereka.!break!
Ahli antropologi beranggapan bahwa agama terorganisasi bermula sebagai cara meredakan ketegangan yang muncul kala pemburu-peramu menetap, menjadi petani, dan membentuk masyarakat. Dibandingkan dengan kelompok nomaden, masyarakat desa memiliki tujuan yang lebih kompleks dan berjangka panjang. Meskipun praktik keagamaan primitif—mengubur jenazah, membuat gambar gua dan patung—telah muncul puluhan ribu tahun sebelumnya, agama terorganisasi muncul kemudian. Menurut teori ini, gagasan umum tentang tatanan surgawi diperlukan untuk menyatukan kelompok baru. Hal itu juga bisa membantu menjustifikasi hierarki sosial yang muncul dalam masyarakat yang lebih kompleks: Orang yang naik ke tampuk kekuasaan dipandang memiliki hubungan khusus dengan para dewa.
Göbekli Tepe, menurut pendapat Schmidt, menunjukkan kebalikan skenario tersebut: Pembangunan kuil besar oleh sekelompok pemburu-peramu merupakan bukti bahwa agama dapat muncul sebelum ada pertanian dan aspek peradaban lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa dorongan manusiawi untuk berkumpul dan melakukan upacara suci muncul ketika pandangan manusia bergeser, dari anggapan dirinya sebagai bagian dari alam menjadi berusaha menguasainya. Ketika para pemburu-peramu mulai menetap di desa, mereka mau tak mau memisahkan kawasan manusia dengan daerah berbahaya di luar cahaya api unggunnya yang dihuni binatang mematikan.
Ahli arkeologi Prancis Jacques Cauvin berpendapat bahwa perubahan kesadaran itu merupakan “revolusi simbol”, pergeseran konseptual yang memungkinkan manusia membayangkan dewa-dewa di alam gaib nan tak kasat mata. Schmidt memandang Göbekli Tepe adalah bukti teori Cauvin. “Hewan-hewan itu penjaga alam gaib,” katanya. “Relief berbentuk ‘T’ menggambarkan dunia lain tersebut.”
Schmidt menduga bahwa para pemburu-peramu yang hidup dalam radius 160 kilometer dari Göbekli Tepe mendirikan kuil itu sebagai tempat suci untuk berkumpul dan bertemu, mungkin sambil membawa persembahan bagi para pendeta dan undagi. Perlu semacam organisasi sosial, bukan hanya untuk membangun melainkan juga untuk mengurus orang-orang yang berduyun datang. Dapat kita bayangkan ada yang menyanyi dan menabuh kendang, sementara hewan-hewan di tugu besar tampak bergerak dalam kerlip cahaya obor. Tentu ada perjamuan; Schmidt menemukan beberapa tempayan batu yang mungkin digunakan untuk bir. Kuil ini merupakan tempat spiritual, tetapi mungkin juga merupakan Disneyland versi Neolitik.!break!
Menurut Schmidt, kebutuhan untuk mendapatkan cukup pangan dan menghadiri perhelatan di Göbekli Tepe mungkin menyebabkan tumbuhnya budi daya intensif serealia liar dan jalur domestik awal. Nyatanya, para ilmuwan sekarang berpendapat bahwa ada satu pusat pertanian yang muncul di Turki selatan—mudah dijangkau dengan berjalan kaki dari Göbekli Tepe—tepat pada masa kejayaan kuil tersebut. Saat ini, tumbuhan liar yang menjadi cikal bakal terdekat gandum einkorn modern ditemukan di lereng Karaca DaÄŸ, gunung yang hanya 96 kilometer di timur laut Göbekli Tepe. Artinya, perubahan ke pertanian yang dimasyhurkan oleh V. Gordon Childe mungkin akibat dari kebutuhan mendalam manusia, hasrat yang masih menyebabkan orang zaman sekarang berkeliling dunia demi melihat pemandangan menakjubkan.
Beberapa bukti awal domestikasi tanaman datang dari Nevalı Çori, sebuah permukiman di pegunungan tak sampai 30 kilometer dari situ. Seperti halnya Göbekli Tepe, Nevalı Çori muncul setelah zaman es mini, yang dideskripsikan ahli arkeologi dengan istilah tak menarik: Neolitikum Pra-Gerabah (NPG). Nevalı Çori sekarang tenggelam di dasar bendungan yang baru saja dibangun untuk menyediakan listrik dan irigasi. Namun, sebelum air menghentikan penelitian, para ahli arkeologi menemukan tugu berbentuk “T” serta gambar binatang yang mirip dengan temuan Schmidt kemudian hari di Göbekli Tepe. Tugu dan gambar serupa ditemukan di beberapa permukiman NPG sampai sejauh 160 kilometer dari Göbekli Tepe. Peninggalan situs NPG menunjukkan adanya masyarakat seiman yang mengelilingi Göbekli Tepe dan mungkin merupakan kelompok agama besar pertama di dunia ini.
Tentu saja, beberapa kolega Schmidt tidak setuju dengan teorinya. Tidak adanya bukti rumah, misalnya, tidak membuktikan bahwa tak ada seorang pun yang tinggal di Göbekli Tepe. Ahli arkeologi yang mempelajari asal-usul peradaban di kawasan Bulan Sabit Subur semakin menyangsikan setiap upaya pencarian skenario yang cocok untuk semua. Lebih mungkin jika para penghuni berbagai situs arkeologi ini semua berperan membangun peradaban, mencari kombinasi yang terbaik. Di satu tempat mungkin pertanian yang menjadi fondasinya; di tempat lain, seni dan agama; sementara di tempat lainnya lagi, tekanan populasi atau hierarki tatanan sosial. Semuanya berakhir di tempat yang sama. Mungkin tak ada jalur tunggal menuju peradaban.
Pada musim panas ini, genap 17 tahun Schmidt meneliti situs tersebut. Sekarang kurang dari sepersepuluh dari situs seluas sembilan hektare itu telah terbuka. Menurut Schmidt, penelitian lebih lanjut di Göbekli Tepe dapat saja mengubah pemahamannya saat ini tentang arti penting situs itu. Bahkan usianya pun masih belum bisa dipastikan —Schmidt tidak yakin dia telah mencapai lapisan terbawah.
“Kami menemukan dua misteri baru bagi setiap misteri yang kami pecahkan,” ujarnya. Namun, dia sudah mengambil beberapa kesimpulan. “Dua puluh tahun lalu, semua orang meyakini bahwa peradaban muncul akibat perubahan-perubahan ekologi,” kata Schmidt. “Saya kira yang mulai kita pahami sekarang adalah bahwa peradaban merupakan buah pikiran manusia.