Penggembala Rusa Terakhir Skandinavia

By , Senin, 31 Oktober 2011 | 11:09 WIB

Tiga ratus empat puluh kilometer di sebelah utara Lingkar Arktika, di dekat puncak-puncak bergerigi pegunungan di Norwegia, matahari terus ber­sinar selama berminggu-minggu musim panas, dan sinar matahari tengah malam terpantul di ladang-ladang yang berselimut salju musim panas. Titik balik matahari datang dan pergi, namun para penggembala rusa kutub Sami terlalu sibuk untuk memper­hati­­kan­­nya. “Kami bisa dipastikan sedang me­­nandai anak-anak rusa pada waktu ini,” ujar Ingrid Gaup, mengacu pada ritual tahunan ke­tika keluarga-keluarga penggembala me­norehkan lambang-lambang kuno mereka ke telinga anak-anak rusa kutub. Di kampung halaman orang-orang Sami, yang tersebar di sepanjang Norwegia, Swedia, Finlandia, dan Rusia, waktu justru berpatokan pada sesuatu yang jauh lebih penting: pergerakan rusa kutub.!break!

Para penggembala Sami menyebut pekerjaan mereka boazovázzi, yang bermakna “penuntun rusa kutub”, dan itulah tepatnya tugas mereka dahulu, berjalan kaki atau menggunakan papan ski kayu mengikuti binatang berlangkah sigap ter­sebut melintasi lahan seluas ratusan kilometer untuk mencari padang-padang penggembalaan terbaik. Keadaan berubah seiring waktu. Para peng­gembala masa kini bersiaga di wilayah-wilayah penggembalaan rusa kutub tradisional pada waktu-waktu tertentu setiap tahun. Untuk me­nunjang gaya hidup itu, para penggembala membutuhkan kendaraan segala medan (ATV) dan kendaraan salju yang mahal dan menggiring kawanan-kawanan besar rusa kutub mereka berdasarkan peraturan penggunaan lahan—walaupun itu bertentangan dengan insting rusa-rusa kutub tersebut. Suami Ingrid, Nils Peder Gaup, menjelaskan, “Rusa kutub berpikir memakai hidung, bukan mata. Mereka bergerak mengikuti angin.”

Seperti kebanyakan orang Sami dari gene­ra­si­nya, Nils Peder diharuskan belajar di se­ko­lah berasrama, tempat penggunaan bahasa daerahnya dilarang sebagai bagian dari ke­bijakan Norwegianisasi. Orang-orang Sami mem­peroleh otonomi lebih sejak saat itu, namun kerusakan parah telah terjadi pada ba­hasa mereka, yang kini hanya digunakan oleh minoritas. Keluarga Gaup termasuk dalam se­­gelintir masyarakat Sami—populasi yang beranggotakan sekitar 70.000 jiwa—yang masih menggembalakan rusa kutub.

Setiap Juni, setelah menempuh perjalanan pan­jang menuju tundra bergunung-gunung di wilayah utara Norwegia, keluarga Gaup me­­nunggu kawanan rusa kutub gembalaan me­reka di tenda kerucut yang disebut lávut. Mereka tidak akan tidur selama bermalam-malam untuk menorehkan tanda sebelum me­­mindahkan rusa-rusa kutub itu ke padang-padang penggembalaan musim panas mereka di sejumlah fyord—teluk-teluk sempit di antara tebing-tebing tinggi di Norwegia.

“Saya mengajarkan tugas mengurus rusa kutub kepada anak saya,” kata Nils Peder. “Anak-anak harus menjunjung tinggi tradisi,” imbuh­nya, kendati dia menyadari ada­nya tekanan kebudayaan luar. Sara, bungsu dari kelima anak Gaup, menghabiskan sebagian besar waktu penandaan anak rusa untuk berkirim SMS. Jika rusa kutub punah, tradisi Sami mungkin turut punah. Bahasa mencerminkan ikatan kuat ini: Eallu adalah “kawanan rusa kutub”; eallin adalah “kehidupan.”