Berkah di Lanskap Nan Rekah

By , Minggu, 29 Januari 2012 | 06:41 WIB

Tempat itu terlihat bagaikan hasil ciptaan efek khusus film Hollywood. Pada bulan September 2005, para penggembala Afar di Etiopia utara melihat dengan takjub ketika Bumi terbelah dan menelan semua kambing dan unta mereka. Potongan kaca obsidian meledak dari gua-gua bawah tanah dan melesat ke udara, ujar salah satu penduduk setempat, “seperti burung hitam besar.”!break!

Selama tiga hari, awan abu yang mengepul tinggi meredupkan sinar matahari saat gunung berapi terbesar di kawasan itu, Erta Ale—“gunung berasap” dalam bahasa Afar—meletus.Apa yang memicu peristiwa mengejutkan ini? Sekian kilometer di bawah permukaan tanah, pergerakan magma raksasa telah membengkak di antara dua lempengan tektonik, mendorong keduanya menjauh dari yang lainnya. Di per­mukaan tanah, ratusan patahan dan retakan ber­munculan di daerah sepanjang 60 kilometer di atas padang pasir, menelan hewan ternak yang malang. Lebih dari sepuluh getaran yang lebih kecil telah mengguncang daerah itu sekian tahun setelahnya.

Depresi Afar yang terletak di Afrika Timur adalah salah satu daerah yang paling hiperaktif se­cara geologis di seluruh dunia. Saat melintas di atas dataran itu menggunakan sebuah pesawat terbang—atau menggunakan paralayang ber­motor berawak satu, seperti yang sering di­lakukan oleh fotografer George Steinmetz—depresi itu akan terlihat sama beku dan diamnya dengan es di kutub utara.

Di bawah permukaannya, kulit Bumi yang ber­batu-batu terus-menerus robek dan ruang-ruang magma di bawah tanah memicu munculnya 12 gunung berapi aktif serta air mancur panas yang mengepul, kawah yang mendidih, dan sebuah danau lava yang berapi.

Sejumlah gempa pada 2005 dan getar­an-getaran yang menyusul setelahnya adalah bencana terbaru dalam serangkaian pergolakan seismik panjang yang dimulai sekitar 30 juta tahun lalu, ketika magma menyeruak melalui kerak Bumi dan mulai memisahkan Semenanjung Arab dari Afrika, menciptakan Laut Merah dan Teluk Aden. Saat magma yang muncul ke permukaan mendingin, ia menjadi lebih padat dan tenggelam.

Karena elevasinya yang rendah, de­presi Afar ber­­­ulang kali dibanjiri Laut Merah, yang ter­­akhir terjadi sekitar 30.000 tahun lalu. Setiap kali banjir usai, air laut menguap, meninggalkan lapisan garam yang tebal. “Emas putih” ini telah lama menjadi sumber penghasilan yang penting bagi orang-orang Afar, yang tetap setia hidup di tanah yang ekstrem ini.

Afar adalah salah satu dari sedikit tempat di Bumi di mana sebuah pegunungan bawah laut muncul ke permukaan tanah. Hal ini me­mungkinkan para ilmuwan mempelajari proses-proses geologi yang biasanya terjadi jauh di bawah permukaan laut. —Virginia Morell