Kisah Cinta dengan Kukuk Ural

By , Selasa, 22 Mei 2012 | 10:47 WIB

Pemburu muda itu mengintai moose di hutan beku Estonia saat tatapannya terpaku pada seekor kukuk ural. Sang pemburu menatap matanya yang hitam serta wajah berbentuk jantung berumbai halus. Sven Začek jatuh hati.

Dia pun kembali ke hutan itu dengan berbagai senjata. Dia mengencangkan tudungnya, takut pada sang kukuk yang sering menghajar kepala penyusup. Namun, betina berikut yang ditemukannya sulit didekati. Setelah dua bulan saling mendiamkan, akhirnya sang betina berani menyambar tikus tepat di depan kameranya.“Itulah titik baliknya,” ujar Začek.

Secuek bintang acara-realitas di televisi, kukuk ural itu membiarkannya merekam drama kehidupan rumah tangganya selama lebih dari tiga tahun. Hubungan mulai terjalin. Menyantap tikus bersama. Piyik berkicau dan perlahan menjadi dewasa. Pada 2010 sang betina menghilang. Začek menyalahkan penebangan yang memotong pepohonan keropos sarang kukuk ural.

Spesies ini ada beberapa ratus ribu di Eropa, dan jutaan ekor lagi di bagian utara Asia. Začek tahu dia akan menemukan yang lain, tetapi tak akan ada yang dapat menggantikan cintanya yang hilang. —Amanda Fiegl

Buku terbaru fotografer alam Sven Začek menyajikan tanah kelahirannya, Estonia, dari sudut pandang burung: layang-layang api.

Subjek favorit sang fotografer—kukuk ural betina yang muncul di semua foto kecuali yang di halaman 92—menggunakan ceruk alami untuk menyembunyikan sarangnya.

Dia tampak menyenangkan saat merawat anaknya, tetapi jangan sekali-kali mengganggu sarang sang induk: kukuk ural merupakan satwa teritorial yang agresif . “Saya sudah membuat ‘perjanjian’ dengan para ibu bahwa biaya penandaan dan pengukuran anak-anaknya di sarang adalah enam hantaman keras di kepala,” kata ahli ornitologi Finlandia Pertti Saurola. Di atas, seekor anakan kukuk ural terlelap di dekat ekor santapannya yang berikutnya.

Seekor jantan (kanan) menyerahkan tikus yang baru ditangkap kepada pasangannya. Sang pasangan membawa hasil buruan ke sarang yang tak jauh dari situ. Karena anak yang tidak diawasi rentan terhadap elang dan burung lapar lainnya, selama musim kawin sang jantanlah yang melakukan sebagian besar perburuan.

Salju dapat menyamarkan satwa mangsa seperti tikus (atas). Perlindungan itu tidak mampu menyelamatkannya dari kemampuan berburu yang dianugerahkan alam kepada burung hantu. Muka burung hantu yang cekung membantu mengarahkan suara ke telinga yang super sensitif. Daya pandang yang luar biasa serta bulu yang istimewa membuat burung hantu dapat menyergap dalam kegelapan dan keheningan malam. “Saya terpesona oleh makhluk ini,” ujar fotografer Zacek.