Bisnis ini cukup bagus sehingga dia mampu membangun kuil baru, yang sebagian meniru taman harimau Thailand yang populer—sering menjadi tempat penyamaran, ujar para kritikus, untuk kegiatan perdagangan harimau ilegal. Sebuah laporan televisi baru-baru ini memberitakan bahwa dia membiarkan seekor gajah mati kelaparan demi mendapatkan kulit dan gadingnya.!break!
Tetapi dia mengatakan satwa itu mati secara wajar. Lagi pula, dengan belanja di Surin, ujarnya kepada saya, dia bisa mendapatkan gading dan kulit gajah sebanyak yang dibutuhkannya. Sebelum tayangan tersebut, dia menerima pendapatan sekitar satu juta baht (sekitar Rp307 juta) per bulan dari toko cendera mata, internet, dan perjalanan luar negeri.
Sekarang pendapatannya turun hanya menjadi sekitar 300.000 baht per bulan. Tetapi, katanya, hanya dengan menghabiskan waktu tiga hari di Malaysia atau Singapura, dia bisa menjual barang kepada para pengikutnya senilai satu juta baht atau lebih.
Thailand memiliki populasi alami gajah Asia dalam jumlah kecil, spesies terancam punah yang sudah lama tidak boleh disentuh perdagangan internasional. Tetapi di Thailand, aturannya tidak begitu kaku. Pawang dan pihak lain boleh menjual gading gajah peliharaan dan gading gajah yang mati secara wajar. Selama bertahun-tahun, pedagang gelap gading internasional memanfaatkan hal ini, menyelundupkan gading Afrika untuk dicampurkan dengan gading Asia.
Para pakar pelestarian menyebutnya “celah Thailand.” Tetapi, ada celah lain yang jauh lebih besar yang dinikmati oleh setiap negara di dunia. Gading Afrika yang dibawa ke sebuah negara sebelum 1989 boleh diperdagangkan di dalam negeri. Jadi, siapa pun yang tertangkap memiliki gading, sudah biasa mengucapkan mantera yang sama: “Gading saya didapatkan sebelum masa pelarangan.”
Pasar gading Thailand telah berkembang. “Pedagang gading semakin banyak, “ kata Steve Galster, direktur Yayasan Freeland, lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang berpusat di Bangkok.” Karena CITES sering bersikap lunak terhadap pelarangan perdagangan, mereka merasa risikonya tidak terlalu besar.”
Thailand, seperti Filipina, memiliki sesuatu yang diandalkan oleh pedagang komoditas: korupsi. Satu ton gading Afrika yang disita baru-baru ini lenyap dari gudang pabean Thailand. Ketika saya meminta untuk melihat sisanya, petugas pabean menolak dan mengatakan bahwa wartawan yang mencurinya. Barulah setelah mengatakan bahwa saya mendengar hal yang sebaliknya, saya mendapatkan informasi yang benar: petugas pabean-lah yang diyakini sebagai pelakunya. Korupsi begitu buruk di Filipina sehingga pada 2006 departemen kehidupan liar menggugat petugas pabean senior atas “hilangnya” beberapa ton gading sitaan.
Karena terpojok, kantor pabean menyerahkan hasil penyitaan gading besar berikutnya ke departemen, yang segera mendapati bahwa gudangnya sendiri telah dibobol. Tumpukan gading telah diganti dengan tiruan yang terbuat dari plastik.
Pengukir favorit Biksu Gajah, Jom, tinggal di jalan tanah di tempat yang sedemikian jauhnya. Gerai sayuran di depan rumah Jom itu sesungguhnya kotak kaca perhiasan berisi patung gading Buddha. Sebagian besar gading berasal dari Thailand.
“Jika saya mampu mendapatkan gading Afrika untukmu,” tanya saya kepada Jom, “apakah kamu mampu mengukirnya?”
“Dai,” jawabnya.
“Tidak ada masalah,” sahut istrinya sepakat.