Menurut perhitungan kami, komunikasi suara tidak akan sampai ke tempat sedalam ini. Saya melirik pengukur kedalaman dan mengambil mikrofon. “Permukaan, ini deepsea challenger. Saya telah sampai di dasar laut. Kedalaman 10.898,5 meter... alat pendukung dalam keadaan baik, semuanya tampak baik.” Waktu terasa berjalan lambat saat menunggu jawaban saya naik dari dasar dunia dengan kecepatan suara, dan mendapat balasan dari permukaan. “Rojer, dikopi.” Mantan tentara angkatan laut yang menjadi petugas komunikasi bahkan lebih datar lagi. Dasar didikan militer.
Namun, saya bisa membayangkan mereka semua tersenyum lebar dan bertepuk tangan di atas sana. Saya yakin istri saya, Suzy, yang matanya tidak bisa lepas dari layar telemetri, pasti merasa sangat lega. Tiba-tiba saya dipenuhi rasa bangga pada tim ini. Sepuluh ribu delapan ratus sembilan puluh delapan setengah. Saya bulatkan menjadi 11.000 meter saja saat mengobrol dengan orang-orang nanti. Suara yang saya dengar berikutnya benar-benar tidak terduga. “Semoga berhasil, Say,” kata Suzy. Mendengar suaranya, dua dunia saya berbenturan dengan cara yang aneh namun indah.
Suzy selalu mendampingi saya sepanjang ekspedisi ini, dia menyembunyikan kecemasannya dan mendukung saya 100 persen. Saatnya bekerja. Kami berencana hanya lima jam di dasar laut, dan ada banyak hal yang harus dilakukan. Saya memutar kapal, menggunakan kamera untuk melihat ke sekeliling di dunia yang baru saya datangi ini. Dasar lautnya datar dan tampak serupa ke segala arah. Saya menghidupkan peralatan hidrolik, membuka pintu luar ke kompartemen sains, lalu menggerakkan lengan manipulator untuk mengambil sampel inti sedimen pertama saya.
Kapal selam ini tidak dibangun hanya untuk membuat rekor penyelaman terdalam. Bagi saya, kapal selam ini juga harus menjadi wahana ilmu pengetahuan. Buat apa menjelajahi tempat paling tak dikenal di planet kita jika tak mampu merekam data dan mengambil percontoh. Setelah sampel inti berhasil dibawa ke kapal, saya meluangkan waktu untuk memotret dari dekat arloji Rolex Deepsea bagi perusahaan Swiss yang bermitra dengan kami dalam ekspedisi ini. Arloji yang terpasang di lengan manipulator itu masih berdetik, meskipun menanggung tekanan 1.147 kilogram per sentimeter persegi. Tahun 1960, sebagai bagian dari proyek Angkatan Laut AS, Lt. Don Walsh dan Jacques Piccard menyelam dalam kapsul laut dalam raksasa Trieste ke kedalaman yang sama, satu-satunya pihak lain yang pernah melakukannya. Mereka juga membawa Rolex yang dibuat khusus, dan arloji itu juga bertahan dalam tekanan ini. Namun, tidak semuanya berfungsi dengan baik.
Beberapa saat setelah saya mengambil gambar arloji itu, terlihat gelembung minyak berwarna kuning naik ke atas di luar jendela. Sistem hidrolik bocor. Dalam beberapa menit, saya kehilangan semua fungsi lengan manipulator, demikian pula dengan pintu kompartemen sains. Tanpa kemampuan mengambil sampel, tetapi dengan kamera yang masih berfungsi, saya meneruskan penjelajahan.!break!
09.10, 10.897 METER, 0,26 METER/DETIK
Dengan sedikit tolakan mesin pendorong, saya menuju ke utara melintasi dataran dengan kolam-kolam sedimen, demikian istilah para ahli geologi. Permukaannya mirip hamparan salju yang masih putih merata di lapangan parkir nan luas. Saya tidak melihat ada makhluk hidup di dasar laut, hanya ada amfipoda sekecil kepingan salju yang terlintas sesekali.
Tidak lama kemudian, sampailah saya ke dekat “dinding” palung itu, yang berdasarkan peta sonar multibeam tak benar-benar berbentuk dinding, tapi lebih berupa lereng landai. Semua pengamatan saya sejauh ini dilakukan melalui kamera definisi tinggi. Sesuai niat saya sebelum melakukan penyelaman, saya memutuskan untuk mendaratkan kapal. Perlu waktu beberapa menit untuk memindahkan peralatan yang menghalangi dan memutar badan agar bisa melihat langsung ke luar jendela. Saya menghabiskan beberapa menit untuk menikmati keheningan tempat asing ini. Manusia baru pernah sekali turun ke tempat sedalam ini. Akan tetapi, tempat Walsh dan Piccard menyelam berada 37 kilometer ke arah barat, di bagian lain Challenger Deep yang kini dinamai Vitiaz Deep. Semua dasar laut dalam lain yang pernah saya kunjungi, termasuk dasar Palung New Britain yang sedalam 8.230 meter, penuh dengan jejak cacing, teripang, dan satwa lainnya. Di sini benar-benar tidak ada tanda kehidupan sama sekali.
Permukaannya tak terganggu, dan entah sudah berapa lama dalam keadaan seperti ini. Saya tahu, tempat ini tak benar-benar steril—kami hampir pasti menemukan spesies baru mikroba yang hidup dalam sampel sedimen yang saya ambil sebelumnya. Beberapa ilmuwan dalam tim kami berpendapat, kehidupan mungkin memang berasal dari zona hadal (terdalam) nan kelam ini. Muncul sekitar empat miliar tahun lalu, memanfaatkan energi hasil reaksi kimia yang stabil dan lambat yang terbentuk saat lempeng tektonik bergesekan satu sama lain, kemudian melepaskan fluida yang terperangkap.
10.25, 10.877 METER, 0,26 METER/DETIK
Saya sampai di lereng utara dan bergerak naik menyusuri punggungnya yang agak bergelombang. Saya berada sekitar 1,5 kilometer di utara lokasi pendaratan. Sejauh ini tidak terlihat ada singkapan batuan. Dalam perjalanan melintasi dasar palung yang datar, saya menemukan dan mengabadikan dua tanda kemungkinan kehidupan: yang pertama gumpalan agar-agar yang tidak sampai sekepalan tangan bocah tergeletak di dasar laut, yang lainnya benda hitam sepanjang 1,5 meter yang mungkin sarang sejenis cacing bawah tanah.
Beberapa baterai sudah mulai soak, kompas saya mulai bermasalah, dan sonar telah mati total. Selain itu, dua dari tiga pendorong kanan tidak lagi berfungsi, sehingga kapal selam menjadi lamban dan sulit dikendalikan. Korban tekanan ekstrem mulai berjatuhan. Tiba-tiba, kapal selam terasa berputar ke kanan, dan saya langsung memeriksa status mesin pendorong. Satu-satunya pendorong kanan yang tersisa ternyata rusak pula. Sekarang saya hanya bisa berputar-putar.
Saya tidak bisa mengambil sampel, tidak bisa meneruskan penjelajahan, jadi tidak ada alasan produktif untuk tetap berada di sini. Saya berada di dasar laut kurang dari tiga jam, jauh lebih singkat daripada rencana semula selama lima jam.
10.30, 10.877 Meter, PERCEPATAN menuju TIGA METER/DETIK
Saat-saat pengaktifan sakelar, untuk melepaskan beban sehingga kapal selam dapat naik, selalu menegangkan. Jika beban tidak lepas, kita tidak bisa pulang. Titik. Saya menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk merancang mekanisme pelepasan beban, dan teknisi yang membuat dan mengujinya demikian cermat sehingga menjadikannya sistem terandal.
Klik. Terdengar bunyi cetunggg! yang biasa berkumandang saat dua beban masing-masing seberat 243 kilogram meluncur ke luar dan jatuh ke dasar laut. Kapal selam melesat ke atas, dan dasar laut segera menjauh ditelan kegelapan. Seiring meningkatnya kecepatan, sedimen yang terjebak di dalam kompartemen sains bergolak keluar pintu, seperti es yang lepas dari tangki kriogenik saat peluncuran roket Saturnus V. Kapal terasa berguncang-guncang dalam perjalanannya ke atas.
Saya melaju melebihi tiga meter/detik, kecepatan vertikal tertinggi kapal selam ini, dan akan sampai di permukaan dalam waktu kurang dari satu setengah jam. Saya membayangkan perubahan tekanan yang dialami kapal. Rasa lega memenuhi dada saat menyaksikan angka kedalaman yang semakin rendah. Saya sedang dalam perjalanan kembali ke dunia yang penuh sinar surya dan udara, dan ciuman hangat dari belahan jiwa.