Warita Para Pawang

By , Senin, 19 Mei 2014 | 10:26 WIB

Direktorat Polisi Satwa di Depok, pagi itu riuh oleh gonggongan. Ada anjing yang berlari di halaman berhalang rintang, serta berlatih di atas treadmill.

Beberapa anjing mengerjap-kerjapkan mata. Rambutnya melambai ditiup hangatnya mesin pengering seusai mandi. Di sepetak teras, Patina si labrador hitam berusia tiga tahun yang bulunya berkilau-kilau, menatap saya acuh tak acuh. Ia menunggu giliran berlatih.

“Dia sudah seperti si bontot,” ujar Iptu Ida Hariani, seorang polisi wanita bertubuh tegap, sambil melirik rekan tugasnya itu. Patina telah mengikuti pendidikan pelacakan bahan peledak di Virginia, AS dan lulus di kelas terbaik, dari seratus pendidikan yang pernah diadakan.

Suatu ketika, saat Ida cuti, Patina sakit. Suhu tubuhnya mencapai 41 derajat Celsius. Karena cemas, ia pun datang dan membawa Patina kembali ke klinik. Tak lama, suhu tubuhnya normal dan ia sehat kembali, kenangnya geli.

Pada awalnya Ida tak terlalu berkenan saat di­tugaskan di sini. Namun, lama-lama ia jatuh hati pada pekerjaannya. Ia pernah dipindahkan ke bagian lain, tetapi pikirannya selalu kembali ke rekan kerjanya yang berkaki empat.!break!

Bertugas selama 24 tahun, Ida selalu merasakan adanya ikatan batin dengan anjing-anjingnya. Ia sering mengajak Patina berbincang kala bersusah hati. “Kedekatannya sudah seperti anak sendiri,” ungkapnya. Dulu, ia bahkan pingsan sehingga harus digotong, saat salah satu anjingnya mati.

Saat-saat seperti itu juga dirasakan Wawan yang bertugas selama 36 tahun di kesatuan ini. Di Aceh, kala memburu pemberontak bersama anjingnya yang berjalan terlebih dahulu di hutan, tiba-tiba ia mendengar lolongan. Saat didekati, anjingnya sudah terperosok ke perangkap dengan badan tertusuk kayu. Helikopter menerbangkannya ke kota terdekat. Namun, anjingnya tak selamat. Jika Wawan berjalan sendiri saat itu, entah apa jadinya. Pasukan Polisi Satwa berpartisipasi sejak operasi militer penangkapan Kahar Muzakar pada 1964-1965, hingga Hasan Tiro pada 1979.

Jasa-jasa para anjing ini tak dilupakan begitu saja. Buktinya, pada suatu siang didera hujan, sebuah upacara kecil dilaksanakan untuk melepas kepergian Molly, anjing pelacak narkoba, yang mati karena usia senja. Prestasi anjing jenis beagle ini dibacakan, termasuk mengungkap peredaran narkoba tingkat internasional.

Anjing German Shepherd yang paling melegenda adalah Asco. Didampingi pawang bernama Mardiyono, ia memecahkan seribu kasus selama hidupnya, termasuk mengungkap pem­bunuhan polisi pada 1976. Mati dan dikuburkan pada 1978, makam Asco terletak di sebelah Molly kini. Sebuah bentuk penghargaan bagi satwa, yang amat berjasa membantu pekerjaan manusia.