Permata Karibia

By , Selasa, 18 Oktober 2016 | 11:00 WIB

Lima belas tahun berlalu sejak kami menjelajahi kawasan Jardines de la Reina atau Taman Sang Ratu. Di rangkaian pulau, bakau, dan terumbu sekitar 80 kilometer di lepas pantai Kuba itu, kami menemukan alam bahari nan liar.

Kami kembali ke Kuba dengan perasaan waswas akan dampak waktu dan perubahan iklim, bagi taman nasional yang kini mencakup area sekitar 2.200 kilometer persegi itu. Pada penyelaman pertama, kami turun ke koral tanduk rusa (Acropora palmata) yang besar, spesies terancam punah yang menyusut jumlahnya di seantero Karibia. Kami menemukan karang yang merimbun. Kekaguman kami bertambah saat menyak­sikan ikan grunt dan kakap berebut tempat di antara cabang nan rampak. Inilah yang amat kami harapkan; kembali ke dunia karang penuh ikan, wajah Karibia puluhan tahun silam.

Oasis di dalam lautan ini dapat berkembang, kata ilmuwan kelautan Fabián Pina Amargós menekankan, karena Kuba secara aktif melindungi suaka ini.

Noel López sang dive master, mengajak kami ke karang yang lebih dalam. Kami melihat empat spesies kerapu, termasuk kerapu goliath. Karang itu dipenuhi lebih banyak ikan besar dan hiu, dibandingkan dengan saat pertama kali kami berkunjung.

Suatu pagi kami masuk ke hutan bakau dan berenang melintasi kawanan ikan kaluna. Kami memberanikan diri berenang ke perairan terbuka, untuk menyelam bersama puluhan hiu lanyam. Petang harinya kami kembali ke hutan bakau dan masuk ke air gelap dengan lampu sorot yang kuat. Kami pun mengikuti seekor buaya amerika. Menemukan predator puncak dan hewan mangsa yang berlimpah semacam ini dalam satu sistem, apalagi hanya dalam satu hari, merupakan hal yang sangat luar biasa.

Oasis di dalam lautan ini dapat berkembang, kata ilmuwan kelautan Fabián Pina Amargós menekankan, karena Kuba secara aktif melindungi suaka ini. Sejauh ini, ekosistem laut tersebut terbukti kebal terhadap pemutihan karang. Namun, seiring bertambah naik, hangat, dan asamnya lautan, tempat ini menghadapi ancaman yang serupa dengan yang dihadapi oleh terumbu lainnya.

Dengan akan berakhirnya embargo AS, romansa perairan Kuba pasti memikat lebih banyak orang Amerika. Ada kebutuhan mendesak untuk menyeimbangkan ekowisata dengan pelestarian. Orang Kuba tahu taruhannya: kemala hayati terindah di Karibia.