Keliling Chiang Mai, mengapa tidak? Saya mengangsurkan agenda wisata menarik: menjelajahi kuil. Anda dapat memulainya dari yang termegah dan terasa paling glamour adalah Wat Phratat Doi Suthep. Terletak sekitar 20 kilometer dari pusat kota, kuil ini dapat ditempuh menggunakan songthaew dari Pratu Chang Puak hingga ke puncak bukit Doi Suthep. Kuil ini tampak berkilau dan pengunjung dapat memukul genta doa, yang merupakan hasil upaya donasi dari para pemeluk Buddha seantero jagat.
Saya ingin menyarankan Anda menjelajahi kuil-kuil dalam batas tembok kota lama Chiang Mai dengan bersepeda. Destinasi pertama, Wat Chiang Man, kuil tertua kerajaan Lanna yang diduga dibangun berbarengan berdirinya kota pada 1296. Pilihan lainnya, Wat Phra Singh dengan kekayaan mural khas Lanna berlapis emas dan Wat Phrai Jao Mengrai yang arsitektur bangunannya didominasi bahan kayu.
Secara keseluruhan, saya memberikan penilaian atas kuil-kuil di dalam maupun luar tembok kota lama Chiang Mai berada dalam kondisi balance hingga sedikit mengkhawatirkan. Artinya, destinasi ini tetap terpelihara di luar waktu puncak kunjungan. Ketika ramai kunjungan pejalan, saya mengkhawatirkan penurunan kualitas udara sebagai akibat pemakaian kendaraan berbahan bakar fosil yang meningkat. Namun, hal itu sesungguhnya dapat dihindari apabila para pejalan lebih memilih bersepeda atau jalan kaki saat berkeliling kompleks candi, termasuk Wat Phratat Doi Suthep di puncak bukit.!break!
Lentera dan Pasar Malam
Kenangan apa yang paling menggetarkan hati saya saat menikmati Chiang Mai pada malam hari? Jawabnya, mengikuti perayaan Yi Peng dan Loi Krathong. Ketika itu, ribuan lentera kertas diterbangkan ke angkasa usai ritual berdoa di tepian Sungai Ping. Warga juga menghanyutkan perahu yang terbuat dari batang dan daun pisang yang berhiaskan karangan bunga serta dupa. Prosesi pelepasan ke aliran sungai itu yang dikenal sebagai Loi Krathong, sementara Yi Peng adalah menerbangkan lampion (khom loi dalam bahasa setempat). Di Chiang Mai, dua perayaan ini dijadikan satu serta menjadi momentum mendaraskan doa bagi orang-orang tercinta yang telah meninggal.
Di luar acara tadi, keramaian malam hari adalah pasar-pasar yang digelar setiap malam Minggu. Paling ramai berada sekitar Thapae Gate, yang berada di jalan Ratchadamnoen menuju kuil Wat Phra Singh. Mulai kudapan, makan besar sampai cendera mata khas Thailand utara dapat dijumpai di sini. Penjualnya tidak saja warga lokal kota ini, namun beberapa etnis hilltribe atau pegunungan.
Moda transportasi sehari-hari di sini adalah sepeda, taksi, dan pick-up yang disebut songthaew. Pilihlah yang terakhir untuk berinteraksi lebih dekat dengan warga setempat. Moda ini tidak punya rute khusus. Apabila kita memiliki tujuan yang sama, maka sopir akan meminta kita naik.
Usai menikmati pasar malam, saya memberikan nilai positif terhadap perayaan budaya di tempat ini. Pelancong yang berbelanja buah tangan juga dapat menggerakkan ekonomi setempat. Akan tetapi, saya memberikan sedikit catatan bahwa bahan penyusun perahu masih ada yang terbuat dari styrofoam, yang tidak dapat hancur di alam. Saya mengkhawatirkan bahan ini akan mencemari ekosistem sungai.