Berjumpa Lumba-lumba di Tepian Samudra

By , Senin, 16 Mei 2016 | 20:00 WIB

Hari terakhir di Western Australia dimulai terlalu pagi, sarapan pun kami sempatkan dengan memakannya di dalam minibus. Sebelum akhirnya pulang menuju ke bandara Perth, kami akan singgah ke daerah Bunbury untuk melihat Lumba-lumba di lautan lepas.

Hmmm….tidak terlalu pagi untuk bertemu ikan lucu favorit saya sejak kecil ini. Yang saya ingat dulu, saya pikir lumba-lumba itu adalah hewan peliharaan yang bisa kita bawa pulang dan di taruh di kolam. Sampai pada akhirnya saya baru mengetahui di umur 10 tahun kalau habitat lumba-lumba adalah di laut.

Ketika sampai di Dolphin Discovery Center, kami tidak di bawa langsung untuk menengok lumba-lumba di alamnya. Namun seorang wanita paruh baya bernama Jan Tierny mengarahkan kami ke sebuah ruangan kecil dimana terletak sebuah aquarium berukuran lima meter persegi.

Sembari membawa sebuah batang lidi dengan potongan cumi-cumi, ia menceritakan tentang kondisi prihatin yang di alami oleh kura-kura yang sedang berenang di aquarium. Kura–kura ini mengidap tumor jenis Fibropapilloma, sebuah penyakit yang hanya menyerang hewan hewan air laut. Sebelum di pindahkan ke Dolphin Discovery Center, kura-kura hijau ini ditemukan di pulau Rottnest. Kura-kura hijau dianggap berstatus hampir punah, oleh karena itu, ini merupakan salah satu cara untuk mengembalikan kembali populasi kura-kura hijau. Rencanya kura-kura malang bernama Myrtle ini akan melaksanankan operasi untuk kemudian dikembalikan ke habitat aslinya jika sudah pulih. Get well soon Myrtle! 

“Apa kalian sudah tahu kalau gurita adalah hewan invertebrata paling cerdas?” tanya Jan Tierny. Meskipun memiliki ukuran otak sekecil kenari, gurita memiliki 9 otak dan tangan-tangan yang dapat menghisap.!break!

Ketika Jan memberikan makan sepotong udang, gurita ini langsung menyambut tangan jan dengan menghisapnnya menggunakan tangan-tangannya. Saya pun terkaget dan menanyakan apa yang Jan rasakan? Jan bilang sedikit nyeri tapi saya sudah biasa. Gurita itu pun tidak mau melepaskan tangan Jan sampai Jan harus menggunakan kedua tangannya untuk melepas eratan tangan sang gurita dan menutup kembali aquarium nya.

Pada saat menonton atraksi pemberian makan kepada gurita, banyak sekali anak–anak yang antusias. Rupanya ini adalah salah satu bagian school holiday program yang dimiliki oleh Dolphin Discovery Center. Selama program ini, anak–anak akan di beri pengetahuan dan pengalaman tentang hewan-hewan laut.

Sayang sekali hari ini tidak ada matahari muncul, sepertinya cuaca ikut sedih dengan kepulangan tim National Geographic Travelmate dari Perth. Sembari memakai jas anti air, kami diberikan secangkir kopi hangat untuk meredakan rasa dingin. Meskipun gerimis masih membasahi pasir pantai, eksplorasi pencarian lumba-lumba di lautan lepas tetap di lakukan.

Dimulai dari menaiki sebuah kapal feri berkapasitas 25 orang. Setelah berjalan 20 menit, kapal berhenti. Saya melihat sekeliling untuk mencari keberadaan sang lumba-lumba namun tidak terlihat siripnya di permukaan. "Hmmm….apakah untuk melihat lumba-lumba di laut sesulit menemukan ikan manta yang biasanya lebih suka di lautan berarus?" pikir saya.!break!

Sepuluh menit kemudian sang nahkoda kapal berteriak “itu dia lumba-lumbanya di sisi kanan!”

Saya pun sontak mengganti lensa kamera, 70-200mm pasti cukup untuk mengabadikan segerombol lumba-lumba yang sedang loncat-loncat kegirangan. “Ah ternyata lumba-lumbanya cuma berenang biasa” seru saya dalam hati. Saya selalu berpikir dari saya kecil kalau lumba-lumba itu adalah hewan yang paling suka cari perhatian.Selalu bertingkah lincah dengan melompat–lompat ke udara ataupun mengeluarkan bunyi-bunyian.

Ternyata itu memang psikologi mereka, lumba–lumba sering melompat ke udara karena sama halnya seperti manusia, mereka butuh menghirup oksigen untuk bernafas, maka itu lumba-lumba lebih tepat disebut dengan mamalia laut dibanding ikan.

Salah satu cara lumba-lumba untuk berkomunikasi dengan temannya adalah dengan mengeluarkan bebunyian atau dengan saling bersentuhan.Ketika kapal berjalan lebih dekat ke permukaan darat, lebih banyak lumba-lumba yang muncul.  Saya kira selama ini lumba-lumba hanya senang berada di tengah laut, ternyata tidak. Dari 2 dan 3 lumba-lumba yang muncul dan kemudian semakin banyak ketika mendekati tepian.

Lumba-lumba ini melompat lompat seperti yang biasa saya lihat di pertunjukan sirkus lumba-lumba. Tapi yang ini berbeda, saya melihat langsung tanpa rekayasa, bukan lumba-lumba yang terlatih untuk melompat di lingkaran bola api.Perasaan begitu bangga ketika kamera saya mampu merekam seekor lumba lumba yang sedang melompat dengan membalikkan punggungnya. 

Sampai sekarang penelitian belum dapat membuktikan mengapa lumba-lumba ini kian datang ke Kombana Bay. Awalnya lumba-lumba ini datang karena di beri makan, tapi ternyata setelah tidak pernah di beri makan lumba-lumba ini tetap datang. Berbeda dengan beberapa atraksi hewan yang melibatkan feeding pada hewan agar hewan mau bergerak atau datang. Dolphin Discovery Center memberlakukan regulasi dilarang memberi makanan pada lumba-lumba, karena ini akan merusak perilaku psikologi lumba-lumba yang harus bisa bertahan hidup dengan mencari makanan sendiri. Dolphin Discovery Center menetapkan hanya memberi 350 gram ikan kepada lumba –lumba dari total kebutuhan nya yaitu 7-16 kg/hari.