Ada begitu banyak menara lonceng di seantero jagat. Lihatlah menara lonceng Todaji, Jepang, yang dibangun tahun 752. Ada juga Duomo Pisa di Italia tahun 1173. Lalu, terdapat Menara Great Lavra Bell (Ukraina) hingga Swan Bells Perth atau lebih populer disebut The Bell Tower di Western Australia.
Di dunia, kebanyakan menara legendaris berisi lonceng lebih dari satu buah. Apabila kita amati seksama, menara lonceng dibangun sebagai bagian dari tempat ibadah (kuil atau gereja) dengan fungsi sebagai pengingat waktu ibadah, hingga sebagai penanda bahaya.
Ibu saya adalah salah satu dari wisatawan yang ingin mengetahui detil dari tempat yang dikunjunginya. Ibu selalu membawa miniatur menara lonceng yang dikunjunginya sebagai koleksi. Sepulangnya, Ibu kerap berbagi kisah kepada teman-temannya. Ketika saya berada di The Bell Tower, Perth, saya tidak mau kalah dengan Ibu. Saya harus mendapatkan banyak kisah tentang menara yang salah satu loncengnya memiliki berat hingga 400 kilogram.
Sudut pandang ketertarikan saya: bagaimana caranya membunyikan lonceng-lonceng itu sehingga semuanya berirama? Apakah demikian sulit? Adakah pekerja yang mengkhususkan diri bekerja sebagai pengawas atau pemusik lonceng? Semua pertanyaan terjawab satu persatu ketika memasuki menara lonceng.
Aktivitas pertama yang kami lakukan dengan panduan Gerry Lyng (yang memandu kami saat menyelisik The Bell Tower) menuju ruangan lonceng di lantai 5. Di ruangan ini kami kembali bertemu dengan sukarelawan berumur lanjut bernama Emma. Untuk bisa ikut dalam sesi ini kita bisa datang pada hari Senin, Selasa, Sabtu, dan Minggu pada pukul 12.00-13.00.
Emma memperagakan cara membunyikan lonceng-lonceng yang masing-masing diberi nama. Setiap lonceng sangat spesial karena masing-masing memiliki nada yang berbeda. Lonceng yang lebih kecil suaranya akan lebih ringan sedangkan lonceng yang besar terdengar lebih bergema dan berwibawa. Jangan pikir mudah! Menggerakkan lonceng seberat 200-400 kilogram itu bukanlah perkara mudah. Ketika mencobanya saya bisa terangkat melayang. Ini bisa dianggap sejenis olahraga yang unik karena dibutuhkan stamina untuk membunyikan lonceng-lonceng ini setiap hari.
Saya mulai mendapatkan kisah. Nama menara ini lebih dahulu dikenal The Swan Bell, menara lonceng ini berada di tepi Sungai Swan. Namun menara lonceng ini juga dikenal dengan nama The Bell Tower. Sejarah mencatat ada sekitar 12 lonceng yang berasal dari Gereja St Martin London diberikan kepada Western Australia pada perayaan dua abad Australia tahun 1988. Walaupun bisa dibilang baru sampai di benua Australia namun lonceng-lonceng ini berasal dari abad ke-14 dan kembali dirombak pada abad ke-16 atas perintah Ratu Elizabeth I.
Lonceng-lonceng di menara ini kemudian mengalami perombakan lagi pada tahun 1725 dan 1770 atas perintah King George II. Lonceng-lonceng ini merupakan salah satu set dari hanya beberapa set lonceng milik kerajaan yang keluar dari Inggris. Lonceng tertua di menara ini merupakan lonceng tertua di Australia dengan berat 459 kilogram dan sudah berusia hampir 500 tahun.
Seperti fungsinya, lonceng-lonceng memiliki fungsi sebagai perayaan pernikahan, kemenangan perang, peringatan hari-hari spesial serta pertanda beberapa peristiwa menyedihkan dan pemakaman. Misalkan saja pada saat peringatan tragedi bom Bali 12 Oktober 2004, setiap tanggal tersebut The Swan Bells dibunyikan 16 kali setiap jam pada pukul 07.00-22.00 dan kemudian bunyi terakhir kalinya pada saat pukul 23:08 pada saat peristiwa bom meledak. Selain itu The Swan Bells juga membunyikan lonceng peringatannya saat peringatan tragedi 11 September dengan tatanan bunyi lonceng yang khusus. The Bell Tower pun telah menggoreskan kisah sarat sejarah dari bumi bagian selatan.
--------
MARRYSA TUNJUNG SARI Pemimpin redaksi inflight travel magazine, yang memiliki pengalaman dalam hal menjelajahi Australia. Ia sempat tinggal beberapa waktu di benua itu.