Kamera jebak yang dipasang WWF di Bukit Batabuh, Riau, selain merekam harimau di habitatnya juga merekam sebuah buldozer yang sedang membuka jalan untuk perkebunan sawit pada Mei lalu. Rekaman ini terjadi seminggu setelah kamera, yang beroperasi Mei sampai Juni 2010, merekam seekor harimau yang melintas, bahkan sempat mengendus kamera. Sehari setelah merekam buldozer, kamera yang sama kembali merekam harimau melintas di tanah yang sudah dibabat.Ian Kosasih, Direktur Program Hutan dan Spesies WWF-Indonesia menduga kuat kalau pembukaan lahan oleh buldozer tersebut merupakan kegiatan ilegal. "Kawasan tersebut tidak dapat dibuka untuk perkebunan sawit," jelasnya pada siaran pers. Ia juga mengusulkan kepada pihak-pihak yang terkait hal ini untuk segera melakukan penyelidikan.Kawasan Bukit Batabuh dikategorikan sebagai Kawasan Lindung dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau pada tahun 1994. Kawasan ini juga dimasukkan ke dalam kategori Hutan Produksi Terbatas berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakatan pada tahun 1986. Pengelolaan terhadap kawasan Hutan Produksi Terbatas tersebut belum dikenakan ke perusahaan mana pun, demikian dijelaskan dalam siaran pers.WWF, sejak pertengahan tahun 2009, memasang kamera di Bukit Batabuh untuk mempelajari distribusi dan perilaku harimau, plus ancaman yang mungkin dihadapi oleh habitat harimau sumatra di Riau. Ir. M. Awriya Ibrahim, M.Sc, Direktur Penyidikan dan Perlindungan Hutan Ditjen PHKA Kementerian Kehutanan, mengakui kalau keberhasilan kamera menangkap gambar harimau sebetulnya merupakan bukti kalau kawasan Bukit Batabuh merupakan habitat penting harimau sumatera. "Kawasan ini harus dilindungi," tegasnya.Awriya juga mengajak pemerintah daerah provinsi, perusahaan swasta, dan masyarakat untuk mendukung upaya perlindungan kawasan ini. "Kementerian Kehutanan akan mengambil tindakan tegas jika di kawasan ini ada tindakan yang terbukti melanggar hukum," katanya. Pembukaan lahan di Riau melaju pesat. Oleh karena itu WWF melakukan percepatan proses penghitungan harimau. Selain pembukaan lahan, harimau di Riau juga terancam oleh perburuan. Pada bulan Maret lalu, WWF bekerja sama dengan BBKSDA berhasil mengamankan 110 jerat harimau.Saat ini, jumlah harimau sumatra di Indonesia hanya sekitar 400 ekor, 12 persen dari seluruh populasi di dunia. Kondisi ini membuat Indonesia menjadi salah satu negara kunci dalam pelestarian harimau.Foto oleh WWF-Indonesia/PHKA/VTECH