Rantai erupsi akibat Merapi belum tentu terjadi

By , Rabu, 3 November 2010 | 10:04 WIB

Letusan Merapi yang terjadi belakangan ini belum tentu memicu letusan gunung api lain, kecuali kalau gunung berada posisi yang sangat dekat dengan Merapi. Sistem gunung api pada umumnya terpisah antara satu dengan yang lain. Demikian penjelasan Ed Venzke dari Global Volcanism Porgram, Smithsonian Institution, Washington D.C., Amerika Serikat. "Tidak ada bukti kalau aktivitas Merapi memengaruhi gunung api lain," ujar Venzke kepada OurAmazingPlanet.Harian Kompas hari ini melaporkan kalau aktivitas gunung api di Indonesia pada umumnya meningkat. Selain Merapi yang berstatus awas, ada dua gunung yang sekarang berstatus siaga. Keduanya adalah Gunung Karantetang di Kabupaten SKepulauan Siau Tagulandang Biaro, Sulawesi Utara, dan Gunung Ibu di Halmahera Barat, Maluku Utara. Sementara itu, 19 gunung lainnya, termasuk Anak Krakatau di Jawa, dinyatakan berstatus waspada.Gunung api berstatus awas berarti gunung akan segera atau sedang meletus. Gunung-gunung yang diberi status siaga memiliki peningkatan kegiatan seismik yang intensif. Status waspada berarti ada kenaikan aktivitas di atas normal.Berbulan-bulanErupsi Merapi kali ini bisa berbulan-bulan. "Tapi, tidak ada yang bisa prediksi waktu erupsi ini dengan pasti," kata John Ebel, Direktur Buestin Observation, Boston College, Amerika Serikat. Dalam waktu 500 tahun terakhir, sudah 68 kali Merapi meletus. "Erups ini merupakan aktivitas baru setelah dalam waktu 3 bulan tidak aktif. Jadi, meskipun erupsi sudah berhenti, Merapi tetap berbahaya," jelas Venzke.Indonesia berada di dalam Cincin Api Pasifik, sabuk gempa bumi terbesar di dunia yang terbentang 40.000 kilometer dari Chile melintasi Jepang hingga ke Asia Tenggara. Indonesia juga memiliki banyak patahan teknonik. Pergerakan patahan bisa menyebabkan aktivasi gunung api.