Pendidikan tentang HIV/AIDS dalam kurikulum sekolah saat ini perlu dikaji supaya pendidikan tersebut bisa tepat sasaran.
Demikian dikatakan Dirjen Pendidikan Non Formal dan Informal Kementrian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) Hamid Muhammad di Jakarta, Jumat (26/11/2010). Pengkajian ulang tersebut dimaksudkan agar pendidikan tentang HIV/AIDS menjadi lebih mudah dimengerti.
"Dengan pengkajian ini pendidikan mengenai HIV/AIDS tidak 'abu-abu',” tandas Hamid.
Menurut dia, pencegahan penularan HIV/AIDS melalui sektor pendidikan dilakukan oleh Kementerian Pendidikan Nasioal, baik lewat jalur formal maupun informal. HIV/AIDS diupayakan terintegrasi dengan kurikulum pendidikan dasar, menengah, dan tinggi.
Saat ini, HIV/AIDS sudah terintegrasi lewat beberapa mata pelajaran di sekolah, seperti Biologi, bahasa Indonesia, dan Pendidikan Jasmani Kesehatan. Selain itu, informasi mengenai HIV/AIDS juga disebarluaskan lewat buku pedoman, modul, poster, dan televisi.
Tahun ini peringatan Hari AIDS Sedunia bertema Universal Acces and Human Right (Akses Universal dan Hak asasi Manusia) dengan sub tema Peningkatan Hak dan Akses Pendidikan untuk Semua Guna Menekan Laju Epidemi HIV/AIDS di Indonesia menuju tercapainya Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs)”, serta slogan “Stop AIDS”: Tingkatkan Hak dan Akses Pendidikan untuk semua.
Arif Rahman, Ketua Harian Komite Nasional UNESCO untuk Indonesia mengatakan, dalam memperingati Hari AIDS Sedunia masih banyak dirayakan dengan perayaan. “Diharapkan dengan 50 persen lagi bisa diisi dengan kegiatan-kegiatan yang lebih positif seperti workshop atau seminar. Isi kegiatan harus lebih kontekstual dibandingkan yang sudah-sudah,” kata Arif.
Teks oleh Aprianita