Konservasi hutan di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, mendapat tambahan dana 300.000 dolar Amerika Serikat.
Penyerahan dana oleh Bank of America tersebut merupakan bagian dari hibah 2 juta dolar Amerika Serikat untuk mendukung konservasi hutan di Indonesia, China, dan Brazil.
Proyek konservasi yang bernama Program Karbon Hutan Berau merupakan kerja sama antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten, serta didukung oleh masyarakat sipil dan sektor swasta. Tujuan program ini adalah mempertahankan hutan di Berau tanpa mengabaikan pembangunan di sana.
Kabupaten Berau membentang 5,4 juta hektare dengan 75 persen wilayahnya masih berupa hutan. Hal itu membuat Berau menjadi kabupaten dengan hutan terbesar di Indonesia. Selain itu, wilayah ini juga memiliki populasi orangutan terbesar di dunia. Meskipun demikian, Berau juga menghadapi ancaman besar atas kelestarian hutannya. Makanya, pengelolaan yang baik sangat diperlukan.
Program Karbon Berau menekankan konsep Reducing Emission from Deforestation and Forest Degradation (REDD+) dapat diimplimentasikan dengan menjembatani jarak antara proyek emisi yang kecil dengan program nasional.
“REDD+ sebenarnya adalah mekanisme insentif kepada pengelola lahan. Sehingga mereka dapat mengelola lahannya dengan lebih baik yang berujung pada pengurangan emisi,” kata Dicky Simorangkir, Direktur Program Kehutanan TNC, Jumat (3/12).
Dana untuk melakukan konservasi itu tidak sedikit. Dengan besarnya dana yang diperlukan dan belum adanya pendanaan publik yang jelas, peran sektor swasta sangat diperlukan karena sektor ini memiliki kemampuan dan dapat menyediakan pendanaan yang berkelanjutan.
"Di Berau saja, tahap persiapan tahun depan membutuhkan dana sekitar 50 juta dolar. Pendanaan publik belum ada. Konferensi di Kopenhagen dan Cancun ada perkembangan, tapi keputusan tentang mekanisme pasti pendanaan masih jauh. Sehingga, pendanaan publik masih masih dipertanyakan,” ujar Dicky.
“Kita berharap Berau menjadi salah satu kabupaten yang dalam waktu tidak lama lagi bisa keluar dengan proyek-proyek pembangunan yang besar, jelas, dan kuat karakter bersahabat dengan alam," kata Agus Purnomo, Staff Khusus Kepresidenan tentang Perubahan Iklim.