Sumber dana "Green Climate Fund" perlu diperjelas

By , Rabu, 15 Desember 2010 | 08:37 WIB

Konferensi PBB ke-16 untuk perubahan iklim masih memerlukan tindak lanjut untuk mencapai kesepakatan pemotongan emisi karbon yang dibutuhkan.
Komitmen pengurangan emisi yang dicita-citakan pada Konferensi serupa di Kopenhagen 2009 belum berhasil dicapai pada Konferensi PBB untuk perubahan iklim di Cancun yang baru berlalu. Oleh karena itu, menurut lembaga Oxfam International, perundingan tersebut masih memerlukan upaya-upaya mendesak untuk mencapai target penurunan emisi yang dibutuhkan untuk menghindari bencana perubahan iklim dan meletakkan langkah-langkah kepatuhan yang akan memastikan terjadinya pengurangan emisi yang nyata.
Direktur Eksekutif Oxfam International Jeremy Hobbs dalam rilis persnya menyebutkan, “Dengan kehidupan yang sudah di ujung tanduk, kita harus segera menindaklanjuti kemajuan ini. Pendanaan jangka panjang harus segera dipastikan sehingga pendanaan iklim bisa mulai disalurkan untuk menolong komunitas rentan sehingga dapat melindungi diri mereka dari dampak iklim hari ini maupun besok”.
Salah satu isu yang perlu penanganan segera adalah menentukan sumber dana baru untuk jangka panjang untuk membantu mengisi Green Climate Fund. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya dalam artikel Negara maju wajib bantu penanggulangan iklim secara finansial, kesepakatan pembentukan Green Climate Fund belum menjelaskan dari mana dana tersebut berasal.
Kesepakatan Cancun, salah satunya menyebutkan bantuan finansial dengan total 30 miliar dolar dari negara-negara maju untuk mendukung aksi penanggulangan perubahan iklim di dunia hingga 2012. Selain itu, peserta konferensi juga sepakat bertekad mengumpulakan 100 miliar dolar untuk pendanaan jangka panjang pada 2020. Namun belum ada kesepakatan mengenai bagaimana cara mengisi pundi-pundi Green Climate Fund tersebut.
Padahal, Konferensi PBB di Cancun merupakan sebuah kesempatan yang sangat berharga untuk membahas penetapan pajak terhadap penerbangan dan pelayaran internasional yang bisa menjadi sumber dana baru bagi negara-negara miskin dan berkembang dalam menghadapi perubahan iklim. Oleh karena itu, isu ini amat penting untuk diperjuangkan pada pertemuan berikutnya yang akan berlangsung tahun depan di Afrika Selatan.