Sistem imunisasi punya "rencana cadangan"

By , Selasa, 21 Desember 2010 | 08:55 WIB

Ketika pengatur utama gagal menjalankan tugas, sistem imunisasi punya rencana cadangan agar tubuh tetap terlindung dari infeksi.

Pengatur utama dalam sistem imunisasi tubuh adalah nuclear factor kappa B (NF-κB). Tugasnya menerima sinyal luka atau infeksi, mengaktifkan gen untuk membunuh kuman dan radang.
Tim pimpinan Michael Karin, Profesor Kehormatan dalam ilmu farmasi dari UC San Diego mencoba memblok NF-κB pada tikus. Logikanya, tikus tersebut akan rentan terhadap infeksi yang diakibatkan bakteri. Hasilnya ternyata jauh dari dugaan. Sistem tubuh tikus tersebut berhasil membunuh bakteri yang dapat menyebabkan infeksi pada kulit, bahkan lebih cepat daripada tikus normal.
"Kehilangan NF-κB membuat tikus memproduksi molekul yang disebut interleukin-1 beta yang menstimulasi tulang sumsum untuk menambah sel darah putih bernama neutrofil dalam jumlah yang sangat banyak," kata Karin. Neutrofil merupakan barisan depan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi dengan cara membunuh bakteri menggunakan bermacam-macam enzim dan protease alami.
Penelitian ini menemukan dua strategi efektif yang dimiliki sistem pertahanan tubuh dalam hadapi serangan bakteri. "Punya cadangan sangat penting, meningat evolusi patogen untuk menghindar dari sistem yang membunuh mereka," kata Victor Nizet, profesor yang laboratoriumnya digunakan untuk penelitian. Lebih lanjut, Nizet menjelaskan kalau ada bakteri yang bisa mencegah pembuatan NF-κB, tapi IL-1 beta bisa menolong.
Rencana cadangan sistem imunisasi ini hanya untuk pertahanan sementara. Jumlah neutrofil yang meningkat pesat dalam waktu singkat pada tikus menyebabkan peradangan di berbagai organ. Peradangan tersebut bisa mempercepat kematian.
Beberapa penelitian bioteknologi dan farmasi mencoba memblok NF-κB dalam waktu yang cukup lama. Penelitian-penelitian tersebut harus menyadari risiko yang baru diketahui melalui penelitian Karin ini. Para ilmuwan dalam tim peneliti ini memberi catatan kalau penelitian di masa depan harus memperhatikan hubungan antara NF-κB dengan IL-1 beta dalam pembuatan obat penyakit radang.
Sumber: Physorg.com