Tradisi keris di Nusantara

By , Senin, 12 September 2016 | 16:00 WIB

Keris muncul beriringan dengan terciptanya bangunan-bangunan batu tertua. Candi, prasasti, arca, dan setiap bangunan apapun yang terbuat dari batu pasti dikerjakan dengan alat-alat logam, karena material logam bersifat lebih keras daripada batu.

Keris yang bagus adalah keris yang tersusun dari campuran berbagai jenis logam, seperti besi, baja, dan nikel. Campuran ini cukup sempurna: baja yang keras, tajam, getas dipadukan dengan olahan besi dan nikel yang lebih lunak. Oleh sebab itu ia tidak mudah patah atau bengkok. Di kalangan masyarakat Jawa, keris kental sebagai sebuah simbol kejantanan. Keris juga dapat dikatakan lambang pusaka. Kalender masyarakat Jawa mengirabkan pusaka unggulan keraton pada hari satu sura.

Keris merupakan warisan budaya asli Nusantara. Meski kebudayaan tersebut sudah mendapatkan pengaruh dari kebudayaan luar. India, Cina, dan Timur Tengah misalnya.

Menurut tradisi kepercayaan Jawa kuno, keris alias tombak pusaka itu menjadi unggulan keampuhannya bukan saja karena dibuat dari unsur baja, besi, nikel, melainkan pula teknik pembuatannya yang sangat berbeda. Pembuatannya disertai dengan ritual pemanjatan doa kepada sang Maha Pencipta Alam oleh sang empu serta pandai besi. Maka keris pun dianggap senjata yang mengandung daya magis.

Keris merupakan warisan budaya asli Nusantara. Meski kebudayaan tersebut sudah mendapatkan pengaruh dari kebudayaan luar. India, Cina, dan Timur Tengah misalnya. Pengaruh ini umumnya dapat terlihat pada keragaman motif ornamen keris.

Bilah keris selalu condong sekitar hampir 30 derajat terhadap pegangannya. Bertujuan agar luka tikaman yang dihasilkan lebih besar. Semakain senjata tikam memiliki kemiringan tertentu, akan makin hebat jugalah kemampuan merusak yang dimilikinya.