Bintaro jadi penghasil bahan bakar minyak alternatif

By , Rabu, 29 Desember 2010 | 14:37 WIB

Tanaman Cerbera manghas, yang juga dikenal dengan nama "bintaro", berpotensi menjadi penghasil bahan bakar minyak.
Peneliti IPB Profesor Budi Indra setiawan mulai tertarik dengan buah yang berbentuk seperti mangga itu pada saat melakukan survei ke Kecamatan Teluk Meranti, Semenanjung Kampar, Pekanbaru."Banyak sekali pohon bintaro disana. Pohon itu begitu gampang tumbuh. Saya yakin pasti ada yang dapat dipergunakan dari pohon itu," ujar Budi saat ditemui Kompas.com disela-sela sosialisasi pengolahan biji bintaro sebagai energi alternatif di halaman Kantor Kecamatan Teluk Meranti, Selasa (28/11).
Budi membawa buah bintaro ke IPB, Bogor. Bersama timnya, setelah enam bulan penelitian, Budi menyimpulkan kalau biintaro bisa jadi sumber energi alternatif di masa depan. "Bahkan hasil minyaknya lebih baik dari biji jarak," kata Dr. Y. Aris Purwanto yang terlibat dalam penelitian. Para peneliti berhasil membuat 1 kilogram minyak dari 25 kilogram biji bintaro.
Dalam pembuatannya, biji bintaro dikumpulkan dan dikeringkan. Biji yang baik berasal dari buah yang sudah tua. Buah kemudian di belah untuk diambil bijinya. Biji dikeringkan di bawah sinar matahari kemudian disangrai di atas api selama 30 menit agar rendemen minyak lebih banyak. 
Biji lalu digiling agar terksturnya halus. Tepung hasil penggilingan sudah dapat diekstrak menjadi minyak dengan menggunakan penekan hidrolik sederhana. Minyak langsung keluar dan sudah dapat dipakai untuk pengganti minyak tanah. Ampas yang dihasilkan dapat dipakai sebagai bahan bakar tungku dalam bentuk briket. 
Minyak dari biji bintaro juga dapat dipakai sebagai bahan bakar pengganti solar untuk menghidupkan generator listrik. Hanya saja, seperti dijelaskan para peneliti, harus dilakukan pemurnian sedikit agar kotoran hilang.
Dari demo yang dilakukan oleh penduduk Teluk Meranti, kompor minyak bintaro dapat merebus air sebanyak satu liter selama empat menit.
Untuk generator, solar masih diperlukan untuk menghidupkan generator. Tapi, setelah menyala selama tiga sampai lima menit, bahan bakar dialihkan dari dari tangki solar ke tangki minyak bintaro. Generator tetap berjalan normal seperti memakai bahan bakar solar. Untuk menghidupkan genset 2.000 watt selama satu jam, diperlukan minyak bintaro sebanyak 1,5 liter.
Meski sudah berhasil membuat produk energi alternatif, penelitian tentang pengolahan biji bintaro masih diperlukan, terutama untuk efektivitas dan efisiensi . Penelitian itu akan berlanjut karena PT RAPP sudah setuju IPB melakukan penelitian lanjutan mengembangkan minyak bintaro.
Tanaman bintaro sendiri cukup populer sebagai tanaman penghijauan kota. Daunnya rimbun, sangat cocok buat peneduh. Bunganya  berwarna putih seperti melati dan dapat menutupi seluruh tajuknya. Ketika berbunga, dominasi hijau tertutupi warna putih bersih. (Erlangga Djumena)