Di Yogyakarta, abu vulkanik jadi mangkuk keramik

By , Sabtu, 1 Januari 2011 | 18:07 WIB

Abu vulkanik hasil erupsi Gunung Merapi, oleh seorang dosen di Yogyakarta, digunakan sebagai bahan baku pembuatan mangkuk keramik.
Indro Baskoro Miko, pembuat mangkuk keramik dari abu vulkanik, mengaku coba-coba pada awalnya. "Hasilnya cukup memuaskan  sehingga kami manfaatkan abu itu sebagai bahan baku pembuatan barang kerajinan dalam jumlah banyak," kata Indro. "Dari pada terbuang sia-sia," tambahnya.
Dosen Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta itu, ditemui saat mengikuti pameran seni kriya Islami dalam rangkaian Festival Muharram 1432 Hijriyah di gedung Asri Medical Center, Yogyakarta. Pameran tersebut berlangsung dari 29 Desember 2010 hingga 2 Januari 2011.
Menurut Indro, yang juga dosen di Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta, abu vulkanik mengandung silika hingga 50 persen, sehingga kualitas keramik istimewa setelah dipadukan dengan campuran beberapa bahan kimia seperti kalsium karbonat.
Dari sisi warna, keistimewaan mangkuk keramik ini, menurut Indro, adalah efek warna yang menyerupai kumpulan magma yang mendidih, kemudian membeku. "Permukaan lapisannya menghasilkan warna yang natural seperti halnya warna magma di dalam perut bumi," katanya.
Ia mengatakan permukaan mangkuk keramik yang terbuat dari abu vukanik ini membentuk sepertipori-pori besar dan kecil. Bentuk lapisannya menyerupai batu yang mengalami pelapukan atau sedimentasi. Kualitas dan daya tahan mangkuk keramik tersebut tidak jauh berbeda dengan keramik yang terbuat dari tanah liat.
"Ada keistimewaan dalam proses pembuatannya, yakni tidak membutuhkan waktu lama dalam pengeringannya, yakni hanya sekitar 12 jam," katanya. Meskipun demikian, mangkuk keramik ini harus tetap dibakar agar menghasilkan kualitas tinggi dan memuaskan. "Dibutuhkan suhu tinggi, yakni 1.280 derajat Celsius untuk pembakarannya " katanya.
Indro mengatakan mangkuk keramik tersebut belum dijual kepada masyarakat. Saat ini masih dikembangkan untuk memperoleh kualitas yang bagus dan kuat. "Masih terus dikembangkan oleh para pembuatnya, termasuk para mahasiswa yang kami bina," katanya. (Jodhi Yudono)