Tikus bisa mendeteksi adanya bakteri penyebab tuberkulosis (TB) dengan akurat, bahkan lebih akurat dengan tes yang saat ini umumnya dilakukan di laboratorium.
Studi yang menggunakan tikus gambia itu dilakukan di Western Michigan University. Tikus dihadapkan pada 2 dahak--1 dahak tanpa bakteri TB, lainnya mengandung bakteri TB. Tikus tersebut dilatih untuk mengendus Mycobacterium tuberculosis, bakteri yang menyebabkan TB, yang ada di dahak manusia. Ketika tikus menghabiskan waktu lebih lama di dahak dengan bakteri TB, mereka diberi hadiah kacang dan pisang. Hasilnya, tikus memiliki kemampuan deteksi TB sebesar 86,6 persen.
Tes yang umum dilakukan untuk mendeteksi TB juga menggunakan dahak dari pasien. Tes yang sudah berumur 100 tahun ini meneliti dahak menggunakan senyawa tertentu di bawah mikroskop. Seperti dilaporkan Popsci, tes seperti ini tidak berhasil mendeteksi 60-80 persen kasus positif sehingga seharusnya tidak lagi diandalkan. Pendeteksian sulit dilakukan karena bakteri susah terlihat kecuali jumlahnya sangat banyak. Tikus berhasil mendeteksi 44 persen kasus positif lebih banyak, demikan lapor New York Times.
WHO sebetulnya sudah mengeluarkan metode tes baru yang bisa mengeluarkan hasil tes yang akurat dalam waktu 2 jam. Tapi biaya untuk tes ini adalah US$17,000 (sekitar 150 juta rupiah). "Tes dengan tikus tentu lebih murah," kata peneliti.
Beberapa hewan dikenal karena dapat mendeteksi penyakit. Anjing dapat mendeteksi kanker. Tikus juga dapat mendeteksi flu burung. Tikus gambia pada studi TB ini bahkan digunakan untuk mendeteksi ranjau darat. Karena ukurannya, tikus ini tidak akan memicu ranjau.
TB itu sendiri, menurut data WHO, telah membuat 1,7 juta orang kehilangan nyawa pada tahun 2009 dan 9,4 juta orang terdetekis memiliki TB.
Sumber: Popsci