Ilmuwan berhasil membuat teknologi untuk mempelajari korona yang selama ini sulit di pelajari.
Selama ini, bagian korona dipelajari para astronom dengan alat bernama coronagraph. Caranya dengan menutupi bagian tengah matahari sehingga korona bisa terlihat. Tetapi, cara tersebut punya kelemahan, yakni tertutupinya bagian sekeliling matahari sehingga hanya lapisan terluar korona saja yang terlihat.
Kini, ilmuwan dari Smithsonian Institution mengembangkan inovasi teknologi untuk mempelajari korona. Mereka membuat instrumen yang disebut Atmospheric Imaging Assembly (AIA) yang digunakan di Solar Dynamics Observatory (SDO) milik Lembaga Antariksa Amerika Serikat NASA.
Leon Golub dari Harvard Smithsonian Center for Astrophysics (CfA) mengatakan, "Dengan alat itu, kita bisa mempelajari lapisan korona hingga jauh ke dalam, sampai di permukaan matahari." Alat tersebut juga bisa dioperasikan non stop selama 24 jam 7 hari.
Steven Crammer, astronom CfA mengatakan, "Citra hasil tangkapan AIA dengan kualitas HD bisa menunjukkan struktur dan dinamika korona yang tidak pernah terlihat sebelumnya." Citra tersebut bisa digunakan untuk mempelajari tahap awal fase erupsi Coronal Mass ejection dan angin matahari.
Untuk mendukung aplikasi instrumen tersebut, Crammer dan Alec Engell yang juga dari CfA telah mengembangkan perangkat lunak yang bisa mengolah citra tangkapan AIA. Proses pengolahan citra tangkapannya sendiri meniru fenomena tertutupnya matahari saat gerhana.
SDO yang kini memiliki instrumen AIA merupakan misi pertama NASA dalam mempelajari matahari. Misi ini merupakan bagian dari program NASA bertajuk "Living with the Star". Tujuan misi itu ialah mengembangkan pemahaman untuk mengetahui bagaimana matahari mempengaruhi kehidupan di bumi. (Yunanto Wiji Utomo)