Penelitian menunjukkan gerakan anggota tubuh saat berbicara ternyata membantu kita berpikir. Soalnya, gerakan ini memberikan petunjuk visual.
Ilmuwan psikologi dari University of Chicago Sian Beilock dan Susan Goldin-Meadow meneliti pergerakan anggota tubuh saat berbicara ini dan kaitannya dengan berpikir. "Anda mungkin berpikir gerakan tubuh kurang berpengaruh karena tidak memiliki dampak langsung. Tapi, gerakan semacam ini mungkin memiliki efek kuat karena untuk menunjukkan suatu tindakan, Anda harus mewakili perbuatan itu dengan menunjukkan gerakan tangan," kata Goldin-Meadow.
Dalam eksperimen, Beilock dan Goldin-Meadow meminta relawan menyelesaikan permainan yang disebut Menara Hanoi, permainan yang mengharuskan relawan memindahkan piringan-piringan yang ditumpuk, dari satu wadah ke wadah lainnya.
Setelah selesai, para relawan dibawa ke ruang lain dan diminta menjelaskan bagaimana mereka menyelesaikan permainan itu. Semua relawan bercerita sambil menggerakkan tangan.
Setelah itu, relawan kembali diminta memainkan Menara Hanoi. Kali ini, Beilock dan Goldin-Meadow melakukan sedikit perubahan: bagi beberapa orang, berat piringan diubah. Sehingga piringan terkecil yang sebelumnya bisa diangkat dengan satu tangan, kini perlu dua tangan.
Orang-orang yang menggerakkan satu tangan saat bercerita setelah eksperimen pertama memerlukan waktu lebih lama dalam menyelesaikan eksperimen kedua. Orang-orang yang bercerita sambil menggerakkan kedua tangan menyelesaikan dengan waktu yang lebih cepat pada eksperimen kedua.
Menurut kedua peneliti, gerakan tubuh membuat suatu pemikiran menjadi hal yang konkret, membawa pergerakan ke dalam aktivitas yang terjadi di pikiran. Hal ini bisa bermanfaat untuk pendidikan.
Goldin-Meadow dan Beilock telah menerapkan pentingnya gerakan tubuh ini untuk membantu anak-anak memahami konsep-konsep abstrak dalam matematika, fisika, dan kimia. "Saat Anda berbicara tentang momentum sudut dan torsi, Anda berbicara tentang konsep yang harus berhubungan dengan tindakan," ujar Beilock.
Hasil penelitian mereka diterbitkan Perspectives in Psychological Science.
Sumber: Science Daily