Sebanyak 37 jenis bambu di Jawa Barat kini sangat langka, padahal dulu tersebar luas.
Demikian diungkapkan oleh Jatmika, pemimpin Yayasan Bambu Indonesia pada Kamis (13/1) di sela-sela acara penandatanganan nota kesepahaman program konservasi bambu oleh Yayasan KEHATI dan Alstom Indonesia. Mereka sepakat menanam bambu di beberapa bantaran sungai di Jakarta.
Salah satu bambu yang sudah langka adalah bambu eul-eul. Bambu ini, menurut kepercayaan Orang Sunda, bisa mengobati 41 macam penyakit. "Bahan obatnya bisa meresap hingga saraf dan sumsum tulang," kata Jatmika.
Jenis bambu lain yang sudah tergolong langka adalah bambu tutul. Diameter bambu ini lebih kurang 9 cm. Uniknya, bambu ini memiliki warna kuning emas dan tutul (bercak) hitam. "Tutulnya itu membuat bambu tutul itu punya nilai estetik, jadi bisa dipakai untuk bahan baku furnitur," tutur Jatmika.
Sementara itu, bambu galuh, betung wulung, bambu tamiang, dan haur gereng adalah jenis-jenis lain yang tergolong langka. Dua jenis terakhir disebut Jatmika punya khasiat obat.
Jatmika mengutarakan kalau penyebab kelangkaan ialah konversi lahan menjadi permukiman penduduk. Selain itu, juga adanya anggapan bahwa bambu adalah tanaman liar yang bebas dieksploitasi.
Upaya konservasi bambu mesti dilakukan. Menurut Jatmika, konservasi bambu tidak hanya akan memberi manfaat ekologis, tetapi juga ekonomis.
Yayasan Bambu Indonesia secara aktif telah melestarikan dan mengembangkan manfaat bambu. Ragam jenis bambu dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan hingga komponen utama rumah.
Sebanyak 1.250 jenis bambu tersebar di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut, 159 di antaranya terdapat di Indonesia dan 88 merupakan spesies bambu endemi nusantara. (Yunanto Wiji Utomo)