Regenerasi Organ, Sebuah Pembiakan Ajaib

By , Senin, 28 Februari 2011 | 08:08 WIB

Di masa depan, orang-orang yang membutuhkan bagian tubuh mungkin bisa mendapatkannya kembali—ditumbuhkan kembali di laboratorium dari sel-sel mereka sendiri.
Lebih dari 100.000 jiwa tengah menunggu transplantasi organ di Amerika Serikat saja. Setiap harinya 18 orang dalam antrean itu meninggal dunia. Tidak hanya pasokan organ sehat yang kurang, namun donor dan pasiennya harus memiliki kecocokan yang erat. Jika tidak, sistem kekebalan tubuh si pasien akan menolak transplantasinya. 
Sejenis solusi baru sedang berada dalam masa inkubasi di laboratorium medis: organ “bioartifisial” yang ditumbuhkan dari sel-sel si pasien sendiri. Tiga puluh orang telah menerima pencangkokan kantong kemih yang ditumbuhkan di laboratorium. Organ rekayasa lain sedang  berada dalam tahap penelitian.
Teknik kantong kemih ini dikembangkan oleh Anthony Atala dari Wake Forest Institute for Regenerative Medicine di Winston-Salem, Carolina Utara. Para peneliti mengambil sel-sel yang sehat dari tubuh pasien yang menderita penyakit kantong kemih, membuat sel-sel tersebut memperbanyak diri dalam sebuah cawan petri, kemudian menerapkannya pada sebuah perancah berbentuk balon yang sebagian besar terbuat dari kolagen—yaitu protein yang ditemukan di dalam tulang rawan. 
Sel-sel otot berada di luar, sementara sel-sel urothelial (yang melapisi saluran kemih) di bagian dalam. “Seperti membuat kue lapis,” kata Atala. “Anda menumpuk satu lapisan di atas yang lain dan kemudian menebarkan taburan di atasnya.” Bakal-kantong kemih tersebut kemudian diinkubasi pada suhu tubuh sampai sel-sel tersebut membentuk jaringan yang berfungsi. Keseluruhan proses tersebut memakan waktu enam sampai delapan minggu.
Organ-organ padat dengan banyak pembuluh darah, seperti ginjal atau hati, jauh lebih sulit ditumbuhkan daripada organ yang berongga seperti kantong kemih. Namun tim Atala—yang sedang mengerjakan 22 organ dan jaringan, termasuk telinga—baru-baru ini  berhasil membuat sebungkal hati manusia yang bisa berfungsi. Satu alat yang mereka gunakan sama seperti printer ink-jet; ia “mem-print” berbagai jenis sel dan perancah organ satu lapisan pada suatu waktu.
Laboratorium-laboratorium lain juga  berlomba-lomba untuk membuat organ-organ bioartifisal. Tulang rahang ditumbuhkan di Columbia University, sementara paru-paru di Yale. Di University of Minnesota, Doris Taylor telah membuat tiruan jantung tikus yang berdenyut, dengan menumbuhkan sel dari satu tikus di sebuah perancah yang dibuatnya dari jantung tikus lain dengan menyingkirkan sel-selnya sendiri. Di University of Michigan, H. David Humes telah menciptakan ginjal buatan dari sel-sel yang ditanamkan di perancah sintetis. Ginjal sebesar ponsel ini telah lulus tes pada domba—belum diimplantasikan, tapi sudah dapat dipakai, tidak seperti mesin dialysis, tapi bekerja lebih baik daripada sekadar menyaring racun dari darah. Organ tersebut menghasilkan hormon dan melakukan fungsi  ginjal lainnya.
Menumbuhkan tiruan organ pasien tidak selalu bisa dilakukan—contohnya, saat organ aslinya sudah terlalu rusak oleh kanker. Salah satu solusi untuk pasien-pasien seperti itu adalah tempat penyimpanan pasokan sel batang. Tim Atala telah menunjukkan bahwa sel-sel batang dapat dikumpulkan tanpa membahayakan embrio manusia (dan dengan demikian tanpa kontroversi politis) dari cairan ketuban dalam rahim. Para peneliti telah berusaha agar sel-sel tersebut berubah menjadi jantung, hati, dan sel-sel organ lain. 
Tempat penyimpanan  100.000 sampel sel batang, kata Atala, akan memiliki cukup keragaman genetik agar sesuai dengan hampir setiap pasien. Para ahli bedah akan lebih memerintahkan pertumbuhan organ yang dibutuhkan alih-alih menunggu datangnya organ dari jasad yang mungkin tidak memiliki kecocokan. “Ada beberapa hal yang membuat ahli bedah merasa hancur, seperti mengetahui bahwa Anda harus mengganti beberapa jaringan dan Anda melakukan sesuatu yang tidak ideal,” kata Atala, yang sendirinya merupakan ahli bedah urologi.  “Bukankah menyenangkan kalau pasien-pasien itu mempunyai organnya sendiri?” Khususnya menyenangkan bagi pasien itu sendiri, maksudnya. (Josie Glausiusz, Sumber: Majalah National Geographic Indonesia)