Lumpur Sidoarjo Tak Akan Berhenti dalam Waktu Dekat

By , Selasa, 1 Maret 2011 | 13:35 WIB

Sebuah studi baru menyebutkan, semburan Lumpur Sidoarjo (Lusi) masih akan berlangsung sekitar 2 dekade. Studi lain malah memprediksi Lusi akan terus keluar hingga 87 tahun.
Studi yang pertama disebutkan dilakukan oleh Richard Davies, ahli geologi dari Durham University, Inggris. Davies berasalan kalau semburan lumpur itu didorong oleh air yang mengalami tekanan dalam akuifer (lapisan kulit bumi berpori yang dapat menahan air) dalam materi tak kedap air di bawah lapisan batu yang kedap air. Pengeboran melubangi batu tak kedap air tersebut sehingga air menyembur dan membawa lumpur ke permukaan. Menggunakan skenario ini dan mengombinasikannya dengan berbagai parameter, seperti volume lumpur yang dikeluarkan setelah 1 dan 3 tahun, Davies dan timnya memperkirakan semburan lumpur akan berlangsung selama 26 tahun.
Hasil penelitian Davies ini terbit pada 24 Februari dalam Journal of the Geological Society.
Sementara itu, studi lain, yang dilakukan oleh Michael Manga, ahli geologi dari University of California, Berkeley, memperkirakan umur semburan yang jauh lebih lama, hingga 87 tahun. Manga dan timnya mengatakan kalau sumber tekanan dan cairan bukan berasal dari akuifer, tapi lebih pada lapisan lumpur yang lebih dangkal. Dalam artikelnya, Manga menyatakan kalau lingkaran lumpur bawah tanah yang selalu meluas akan terhisap ke dalam sistem vulkanik dan terdorong ke permukaan. Manga dan timnya menyatakan 50% semburan ini akan berlangsung 40 tahun, 33% akan berlangsung hingga 87 tahun.
Ahli geologi dari University of Texas, Austin, Peter Flemings berfirasat kalau penyadapan akuifer yang tak kedap air akan menghasilkan volume material sebanyak Lusi. "Penting untuk mengetahui ukuran akuifer. Menghitung dengan data terbatas akan menghasilkan sesuatu yang tidak jelas," kata Flemings.
Gawatnya, tanpa pemahaman yang jelas mengenai fenomina ini membuat program penanggulangan--baik infrastruktur, lingkungan, maupun sosial--sulit dirancang. "Kita butuh data yang lebih banyak dan lebih baik," aku Manga.
Humanitus, organisasi nonpemerintah di Melbourne, Australia, akan menggelar simposium di Surabaya pada bulan Mei. Simposium ini diharapkan mengumpulkan para ahli dan menghasilkan konsensus tentang studi yang harus dilakukan untuk mengetahui misteri di balik Lusi.
Lusi mulai menyembur pada 29 Mei 2006. Semburan pertama terjadi sekitar 200 meter dari lokasi pengeboran gas. Lusi kini sudah menyembur 144 juta meter kubik dan menyebabkan 40.000 pengungsi. (Sumber: Sciencemag)