Pernahkah terlintas, bagaimana dengan cepat otak Anda mampu menyusun asumsi-asumsi perkiraan terhadap setiap pertanyaan yang masih tertinggal di benak? Sebenarnya apa yang terjadi di otak saat kita berasumsi?Seperti sudah diketahui, otak bergantung penuh pada asumsi itu saat mengalami ketidakjelasan atau kesulitan memahami makna suatu hal. Asumsi merupakan tebakan yang beralasan, bersifat masuk akal. Asumsi muncul ketika informasi yang ada tidak mencukupi.Brett Vintch dari New York University serta Justin Gardner dari Riken Brain Science Institute di Jepang, dalam rangka meneliti bagaimana proses otak berasumsi, melakukan pemindaian otak sejumlah orang, untuk mengetahui bagaimana dan sejauh mana proses berasumsi ini berlangsung.Pemindaian dilakukan dengan MRI. Sinyal-sinyal yang tertangkap lalu disandi balik untuk membaca data-data perolehan dari pemindaian otak itu.Demikian mereka, para subjek partisipan, diminta menganalisis seberapa cepat garis hitam dan putih di layar komputer, bergerak (berpindah). Supaya memudahkan, peneliti awalnya mengatur objek dalam keadaan normal dulu. Tetapi berikutnya, garis-garis dibuat lebih kabur.Ketika itulah, subjek merasa kekurangan informasi yang masuk ke dalam pikiran mereka dan secara sigap, otomatis, sebagian dari aktivitas di pusat penglihatan (vision center) dialihkan ke bagian yang terlibat langsung dalam menerima input dari mata. Otak kembali ke default, yakni melakukan penalaran yang merasionalkan "kebingungan"nya.Meski hasil eksperimen amat menarik, tapi hanya merupakan studi awal dan menjadi pintu masuk ke studi lebih lanjut untuk menjelaskan makin persis bagaimana cara saraf-saraf otak ini berfungsi pada proses mengirimkan sebentuk asumsi.