Earth Hour Sebagai Gaya Hidup

By , Rabu, 16 Maret 2011 | 18:18 WIB

Gubernur Jakarta Fauzi Bowo mengharapkan Earth Hour tidak sekadar berlangsung 1 jam, tapi membangkitkan gaya hidup hemat listrik.
"Tujuan kita sebenarnya adalah untuk menjadikan ini sebagai gaya hidup, jadi bukan karena ada Earth Hour saja," tambahnya. Sebagai bentuk partisipasinya, Gubernur akan memadamkan lampu di beberapa ikon Kota DKI Jakarta, seperti Bundaran Hotel Indonesia, Monas, Air Mancur Arjuna Wiwaha, Patung Pemuda, Gedung Balai Kota, dan gedung pemerintah terkait lainnya.
Earth Hour kembali akan dilaksanakan untuk ketiga kalinya pada 26 Maret 2011 mendatang. WWF-Indonesia bersama Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo mengajak penduduk DKI Jakarta untuk mematikan lampu dan peralatan listrik selama satu jam pada pukul 20.30-21.30 WIB. "Dengan Earth Hour ini, kita berharap dapat menghemat listrik sebanyak 120.000 megawatt, padahal hanya satu jam. Coba kita bayangkan bila Earth Hour lebih lama lagi," ungkap Fauzi Bowo saat jumpa pers, Rabu (16/3) di Hotel J.W. Marriot, DKI Jakarta. 
Pemerintah dengan dibantu beberapa organisasi yang turut bekerja sama, akan mengimbau masyarakat luas, khususnya DKI Jakarta untuk turut serta dalam Earth Hour ini. Seperti yang diucapkan oleh Dr. Efransjah, CEO WWF-Indonesia, "Earth Hour ini juga berfungsi untuk mengingatkan masyarakat pada emisi gas karbon yang dihasilkan dari pembangkit listrik yang ada."
Menurut Efransjah, Earth Hour kali ini berbeda, karena WWF telah mengangkat inisiatif sumber energi baru terbarukan di Kalimantan Barat yang belum tersuplai listrik. "Setelah Earth Hour, akan kami bangun sebuah pembangkit listrik mikrohidro di Kalimantan Tengah," tambahnya. (Arief Sujatmoko)