Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin Terancam Tutup

By , Senin, 21 Maret 2011 | 13:45 WIB

Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur (SK Gub) DKI Jakarta No. SK IV 215 tanggal 16 Februari 2011, dana yang akan diperoleh pengelola Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin adalah Rp50 juta rupiah per tahun. Jumlah yang dianggap terlalu sedikit untuk pengelolaan sebuah pusat dokumentasi. Pelaku sastra pun gelar Koin Sastra sebagai solusi alternatif.
Kepala Pengelola Pusat Dokumentasi Sastra HB Jasin, Ariani Isnamurti mengatakan, uang tersebut tidak akan cukup untuk membayar pegawai serta perawatan dokumen dan fasilitas. Biaya pengasapan buku saja sudah habis Rp 40 juta. Pengasapan idealnya dilakukan dua kali setahun agar buku tidak mudah hancur dan dimakan ngengat. "Kami keterbatasan dana, juga keterbatasan ruangan. Kami tidak bisa menyusun dokumentasi sebaik mungkin karena keterbatasan ruangan itu," katanya.
Senada dengan Ariani, Ketua Perpustakaan PDS Endo Senggono menuturkan, kebutuhan dana operasional mereka terus bertambah. "Selama ini dana operasional kami berasal dari bantuan masyarakat dan subsidi pemerintah. Tetapi angkanya terus turun," ujar Endo. Tahun-tahun sebelumnya, Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin sempat memperoleh Rp500 juta tiap tahun. Kemudian, dana tahunan turun menjadi Rp350 juta pada 2008. Tahun lalu, pengelola mulai kelabakan karena dana yang disunat 164 juta rupiah per tahun. Kini dana kembali menyusut hingga tinggal Rp50 juta per tahun.
Untuk membantu memulihkan kondisi, pelaku sastra Khrisna Pabichara menggalang dana melalui kegiatan Koin Sastra. Bersama pecinta sastra, Koin Sastra mengunjungi berbagai daerah untuk menggalang dana. "Ini jalan alternatif untuk menghindari 'kebangkrutan' PDS HB Jassin," jelasnya. 
Pada akun Twitter-nya, Khrisnya menjelaskan kalau kegiatan ini bukan untuk menyindir atau menohok pemerintah, yayasan atau pengelola. "Karena peduli peradaban bangsa," demikian tertera pada tweet.
PDS HB Jassin saat ini dikelola Yayasan Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin. Lembaga nirlaba yang dirintis HB Jassin sejak 1930 ini bertempat di TIM dan diresmikan Gubernur DKI Jakarta ketika itu, Ali Sadikin. Terdapat ribuan dokumen-dokumen sastra disimpan di sini. (Sumber: KBR68H, JPNN, Kompas)