Pakar robotika Dr. Ir. Wahidin Wahab M.Sc. mengatakan bahwa meskipun secara pengetahuan robotika tidak kalah dengan orang luar negeri, penelitian robot di Indonesia masih terkendala dana, khususnya untuk pembuatan perangkat keras.
Ia mencontohkan, dalam pengembangan robot humanoid Nao yang diproduksi Perancis, biaya pembuatan bisa mencapai 2 kali lipat harga jual robotnya. Sebagai alternatif, Wahidin yang pengajar di Universitas Indonesia melihat aspek-aspek lain dari dunia robotika yang bisa dikembangkan. "Tidak perlu pesimis, kita bisa kembangkan dari sisi software kalau hardware-nya memang belum bisa," paparnya pada saat workshop robotika di World Robotics Explorer di Jakarta, 25-26 Maret 2011.
Di universitasnya sendiri, saat ini Wahidin dan mahasiswanya lebih fokus mengembangkan algoritma. Fokus ini dimaksudkan agar ketika dana telah mencukupi untuk pembelian mekanik, pengembangan lain bisa dilakukan, dan robot bisa diciptakan.
Dalam lima tahun terakhir, robotika Indonesia terbilang maju pesat, terlihat dari semakin banyaknya kompetisi pembuatan robot yang dimenangi oleh peserta dari Indonesia. Wahidin menilai kelebihan kontestan dari Indonesia adalah pembuatan robot kreatif. "Pada perlombaan robot di Australia yang bertema pelestarian air, kontestan dari Indonesia membuat robot penyaring air," kata Wahidin.
Bagi Wahidin, hal itu menunjukkan kalau pengetahuan orang Indonesia akan robotika tidak kalah. Hanya saja kualitas robot yang dibuat masih ketinggalan. Demikian jelasnya lebih lanjut.
Wahidin kini tengah mengumpulkan pakar, dosen, dan penggemar robotika dalam wadah Asosiasi Robotika Indonesia pada bulan Januari lalu. Organisasi tersebut diharapkan bisa mendorong kemajuan robotika di Indonesia.
Wahidin mengatakan, robotika bisa menjadi media untuk memacu penguasaan teknologi seperti mesin, elektronika, dan komputer. Harapannya, dalam 5-10 tahun mendatang teknologi Indonesia bisa lebih maju dengan kemajuan di bidang robotika. (Yunanto Wiji Utomo)