Merintis Alternatif Kelola Air Tanah di Jakarta

By , Kamis, 31 Maret 2011 | 08:06 WIB

Pemprov DKI Jakarta siapkan teknologi pengolahan baru ultrafiltration untuk sediakan air bersih bagi warga. Ambisinya, ada tambahan suplai air bersih hingga 4.500 liter per detik pada awal 2012.
"Kota Jakarta diprediksi akan kekurangan air minum pada beberapa tahun ke depan karena kurangnya pasokan air baku untuk diolah menjadi air bersih sehingga dibutuhkan teknologi baru. Pilihannya water ultrafiltration," kata Dirut Perusahaan Daerah Air Minum Jaya Mauritz Napitupulu. Oleh karena itu, PDAM Jaya harus punya cara untuk menambah air baku.
Melalui teknologi pengolahan air  ini, warga Jakarta akan lebih cepat mendapatkan penambahan pasokan air bersih jika dibandingkan dengan rencana proyek lainnya, misalnya proyek pipanisasi Waduk Jatiluhur. Mauritz menegaskan proses pemurnian air minum dari air sungai yang dilakukan dengan cara konvensional justru membutuhkan biaya cukup tinggi namun hasil kurang maksimal.
Menurut Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, harus ada antisipasi penurunan air tanah di Jakarta yang diperkirakan mencapai 5 meter pada 2050. Sehingga pihaknya menyiapkan pasokan air yang cukup. "Karena tanpa itu, saya kira tidak mungkin. Jadi kita menyiapkan beberapa opsi. Pabrik purifikasi di Jatiluhur tetap jalan," ujarnya, Senin (28/3).
Pelelangan investasi proyek pengolahan air bersih dengan teknik ultrafiltration akan dilakukan pada Juli atau Agustus. Asisten Pembangunan dan Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Muhammad Tauchid, menyatakan bahwa ada empat lokasi yang akan dilelang, tanpa menyebutkan keempat lokasi.
Nantinya, setelah pembangunan filtrasi ini, air bersih yang dihasilkan akan dijual ke operator. Sejauh ini, baru 4500 liter per detik yang bisa disediakan sebab ketersediaan air muka di Jakarta juga terbatas. "Ini salah satu upaya menjamin ketersediaan air bersih," tandas Tauchid.