Ada Bekantan Makan Seperti Sapi

By , Jumat, 1 April 2011 | 06:46 WIB

Bekantan di Malaysia memiliki cara makan yang mirip sapi: mengembalikan makanan yang sudah ditelan ke mulut untuk dikunyah ulang dan ditelan kembali untuk dicerna lebih lanjut.
Ikku Matsuda dari Institut Primata Universitas Kyoto menemukan perilaku tersebut dengan melihat video yang dikumpulkan sejak 2000. Berdasarkan datanya, setidaknya 23 monyet hidung panjang memiliki perilaku mengeluarkan makanan dari perut dan mengunyahnya kembali.
Matsuda menguraikan, perut monyet hidung panjang akan berkontraksi ketika hendak mengeluarkan makanan. Pada saat yang sama, monyet akan melekatkan lidahnya di luar mulutnya yang mengatup rapat. Makanan yang keluar akan berada beberapa lama di mulut sebelum ditelan untuk kedua kali.
Menurut Matsuda, perilaku monyet tersebut berkaitan dengan struktur organ pencernaannya. "Jenis ini memiliki struktur perut atas yang khusus, pencernaan oleh bakteri berlangsung sebelum pencernaan kimiawi," katanya.
Matsuda berspekulasi bahwa perilaku ini memungkinkan monyet hidung panjang makan lebih banyak pada kondisi tertentu. Ia juga mengatakan, "Ini berarti, monyet hidung panjang bisa makan lebih cepat sebab bakteri tak membutuhkan banyak waktu untuk mencerna."
Monyet hidung panjang biasanya memakan beragam macam daun dan buah yang sangat kaya serat. Meski jenis makanan dan struktur organ pencernaan hewan jenis ini diketahui, Matsuda tak bisa mengaitkan jenis makanan dengan perilaku memamah biak yang dimiliki.
Menanggapi penelitian ini, professor Institute of Anatomy and Cell Biology di Justus Liebig University mengatakan, "Penting untuk menjelaskan bahwa ruminasi pada hewan seperti sapi memuntahkan dan mengunyah makanan kembali pada mamalia adalah proses fisiologi yang berbeda."
Profesor yang menulis buku Mammalian Herbivore "Stomach: Comparative Anatomy, Function and Evolution ini mengatakan bahwa koala juga memiliki perilaku serupa. Namun, mereka hanya melakukannya dalam kondisi tertentu, seperti karena gigi telah tanggal atau membutuhkan makanan lebih karena menyusui.
Matsuda mengungkapkan bahwa studinya hanya terfokus pada populasi monyet tertentu saja sehingga perilaku itu mungkin dipelajari lewat tradisi. "Tradisi, terutama pada perilaku makan, telah dilaporkan pada primata, misalnya (monyet) macaca yang mencuci makanan atau membumbuinya dengan air garam. Kita tak bisa mengabaikan tradisi itu," ujarnya. (Yunanto Wiji Utomo)