NASA Nantikan Inovasi Teknologi untuk Jelajah Angkasa Lebih Jauh

By , Kamis, 21 April 2011 | 13:48 WIB

Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menantikan inovasi teknologi yang akan dapat membawa manusia menjelajah ruang angkasa lebih jauh. 
Setelah merayakan peringatan 30 tahun peluncuran pesawat ulang alik pertama, NASA mulai memandang jauh ke depan guna menyambut babak baru penjelajahan ruang angkasa. Para punggawa pun NASA amat antusias menantikan inovasi teknologi yang akan muncul dalam pengembangan kendaraan ruang angkasa generasi mendatang yang akan dapat membawa manusia ke bulan, asteroid hingga ke Mars.
Antusiasme itu diungkapkan salah seorang spesialis program NASA, Dan Lockney. Menurutnya, NASA sedang melakukan investasi besar-besaran dalam teknologi terbaru yang akan digunakan pada misi luar angkasa NASA di masa mendatang. Teknologi tersebut nantinya akan digunakan pada kendaraan ruang angkasa yang akan dapat menjelajah lebih jauh dari kendaraan ruang angkasa saat ini. "Tentu sangat menarik melihat inovasi apa yang akan terwujud," kata Lockney.
Lockney menyebutkan, program pesawat ulang alik telah menghasilkan banyak teknologi inovatif. Salah satunya adalah pengembangan Video Image Stabilization and Registration (VISAR), teknologi yang digunakan untuk menstabilkan gambar video. Awalnya, teknologi ini dikembangkan untuk mencari kerusakan yang mungkin terjadi ketika pesawat ulang alik mengalami turbulensi saat lepas landas. Namun pada perkembangannya, VISAR digunakan militer Amerika untuk melacak serta memastikan keberadaan Saddam Hussein pada tahun 2003.
Hingga saat ini, NASA memiliki armada pesawat yang terdiri dari Columbia, Challenger, Discovery, Atlantis, dan Endeavour yang telah beberapa kali menjalankan misi luar angkasa. Columbia merupakan pesawat ulang alik pertama yang diluncurkan ke ruang angkasa pada 12 April 1981, sekaligus menjadi tonggak era baru penjelajahan ruang angkasa.
Usia pesawat yang makin menua dan banyaknya rahasia ruang angkasa yang belum terungkap mendorong NASA untuk terus berinovasi guna menemukan batas akhir jagat raya. (Sumber: Computerworld)