Berdasarkan analisis baru, sekitar 230 juta hektare hutan yang ada di seluruh dunia saat ini akan hilang pada tahun 2050 jika tidak ada tindakan pencegahan yang dilakukan. Temuan yang diungkapkan di Jakarta pada Rabu (27/4) ini harus jadi bahan pertimbangan bagi para pembuat kebijakan serta dunia industri.Analisis juga menunjukkan kalau kita melakukan tindakan penyelamatan dengan target tertentu, jumlah hilangnya hutan akan menurun drastis. "'Hanya' 55,5 juta hektare hutan yang hilang pada 2050," kata Rod Taylor, Director Forests, WWF.Untuk mencegah itu terjadi, WWF mengajak pemerintah dan bisnis, termasuk organisasi non-pemerintah, bergabung dalam usaha penyelamatan hutan. Tujuan jangka pendeknya adalah nol deforestasi dan pengurangan hutan (zero deforestation and forest degradation/ZNDD) pada tahun 2020. Sementara tujuan jangka panjangnya adalah menghindari efek buruk dari perubahan iklim serta kehilangan keanekaragaman hayati. "Saat ini kita memboroskan hutan karena gagal membuat aturan penting dalam bidang pemerintahan dan ekonomi," jelas Taylor.Khusus untuk Indonesia, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan. Diungkapkan oleh Taylor, hal itu adalah investasi di industri yang memandang pentingnya lingkungan yang berkelanjutan, mencari donor internasional untuk investasi, mencari energi alternatif yang dapat diperbarui, serta memahami dan memaksimalkan nilai hutan. "Dengan pemerintahan dan insentif yang lebih baik, hutan dapat terjaga dan lebih produktif," kata Taylor. Ia juga menambahkan, "Dalam waktu dekat, deforestasi dicegah dengan pengaturan yang lebih baik. Tapi untuk jangka panjang, kita harus mengubah kebiasaan konsumsi makanan dan energi, serta meningkatkan produktivitas pertanian dengan lahan yang sudah ada sehingga pembukaan hutan bisa nyaris nol."