Penggunaan styrofoam selain dapat berakibat buruk pada kesehatan, juga berdampak negatif bagi lingkungan. Tapi kini, sebuah perusahaan asal Indonesia berhasil membuat styrofoam yang lebih ramah lingkungan. Bahan itu bernama oxodegradable polystyrene. Polystyrene sebetulnya merupakan bahan yang selama ini digunakan. Akan tetapi, untuk pembuatan produk yang lebih ramah lingkungan, polystyrene ditambahkan oxium sehingga bersifat dapat terurai dalam waktu kurang dari empat tahun.Saat ini oxodegradable polystyrene telah dipakai sebagai kemasan makanan di salah satu restoran siap saji. "Hal ini tentunya menunjukan kesadaran masayarakat untuk peduli lingkungan semakin tinggi,” ujar Sugianto Tandio, CEO Presiden Direktur PT Tirta Marta Indonesia, dalam bincang santai bersama media dengan tema "Enhanced Your Lifestyle: Greener Living with Oxodegradable Polystyrene", Selasa (26/4). Selain itu, bahan ini memenuhi standar aman untuk makanan. “Sudah sesuai dengan aturan BPOM sehingga masyarakat tidak perlu ragu menggunakannya,” ujar Sugianto.Menurut Sugianto, polystyrene yang telah ditambahkan oxium juga telah melewati tes migrasi yang dilakukan di Balai Besar Kimia dan Kemasan, Jakarta. Hasilnya, tidak ditemukan elemen beracun dalam oxium, dan berdasarkan standard RoHS 2006 (hasil pengujian Sentra Teknologi Polimer) menegaskan bahwa oxium aman untuk lingkungan.Data Indonesia Expanded Polysterine Association (Inaepsa) menunjukkan bahwa warga Jakarta setiap harinya menghasilkan sampah sebesar 6.000 metrik ton--44,63 persen merupakan sampah nonorganik, sisanya merupakan sampah organik. Dalam angka tersebut, sampah plastik dan kertas yang dihasilkan warga Jakarta sebesar 900 metrik ton setiap harinya.“Dengan adanya oxodegradable polystyrene ini diharapkan bukan saja dapat mengurangi masalah sampah plastik yang tidak terurai, tetapi juga menjadi langkah awal bagi produsen dan masyarakat untuk melestarikan lingkungan,” ujar Sri Bebassari, Ketua Indonesia Solid Waste Association (InSWA). Oxium sendiri telah mendapatkan sertifikat green label dari InSWA. (Bramirus Mikail)