Jakarta Akan Gempa? Bukan Isu Baru

By , Rabu, 18 Mei 2011 | 09:46 WIB

Jakarta berpotensi gempa sebenarnya bukan isu baru. Potensi selalu ada karena Jakarta dengan dengat aktivitas seismik di wilayah Selat Sunda.Peneliti gempa dari Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Danny Hilman Natawijaya, mengatakan, "Potensi itu memang ada. Kekuatannya bisa seperti yang dikatakan, 8,7 skala Richter. Tetapi masih perlu dikaji, apakah bisa kurang dari itu atau bahkan lebih."Staf Khusus Kepresidenan Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Andi Arief, Minggu (15/5), menyatakan, Jakarta memiliki potensi gempa 8,7 skala richter (SR).Danny mengatakan, potensi kekuatan gempa tersebut bisa diperkirakan dengan melihat dimensi zona subduksi. "Kekuatan gempa itu berbanding lurus dengan sumber gempa, dimensi zona subduksi. Dari situ kami bisa transfer dengan formula tertentu sehingga mendapatkan potensi gempanya," kata Danny ketika dihubungi Kompas.com, Selasa (17/5).Potensi gempa di Selat Sunda bisa terjadi sebab wilayah itu berada di atas zona subduksi lempeng Indo-Australia dan Eurasia serta zona transisi subduksi miring di barat Sumatra dengan subduksi tegak di selatan Jawa. Gempa bisa dipicu oleh pelepasan energi dari pergerakan lempeng Indo-Australia ke utara dengan kecepatan 6 cm/tahun.Menurut rekaman selama ini, gempa berkekuatan kecil sebenarnya sering terjadi di wilayah Selat Sunda, tetapi tidak dengan gempa berkekuatan besar. Meskipun demikian, Danny tak menampik kemungkinan bahwa gempa besar bisa terjadi akibat aktivitas seismik di wilayah ini. "Tapi waktunya tidak bisa diperkirakan," jelasnya.Hal yang penting saat ini, menurut Danny, adalah keseriusan dalam mendata. Menurut dia, penelitian potensi gempa di Selat Sunda hingga saat ini masih minim. "Dibandingkan dengan penelitian kegempaan di Sumatra, penelitian di Selat Sunda belum ada apa-apanya," katanya.Berkaitan dengan potensi gempa yang diungkapkan Andi Arief, Danny menuturkan perlunya langkah antisipasi. "Di Jakarta kan banyak aset dan teknologi. Misalnya kalau Gedung Cyber itu rusak, seluruh Indonesia terpengaruhi. Belum lagi, misalnya, sektor perbankan dan lainnya."Masyarakat juga perlu melakukan persiapan. Bangunan tahan gempa dan sistem evakuasi gedung ketika terjadi gempa juga harus diperhatikan.Sejauh ini catatan gempa besar di Jakarta masih minim. "Ada catatan dalam buku Hanna (Willard A Hanna-Hikayat Jakarta) bahwa gempa besar pernah terjadi tahun 1699 yang mengakibatkan kerusakan parah. Namun, belum diketahui apakah gempa itu bersumber dari wilayah Selat Sunda," kata Danny. Pemerintah sendiri, seperti diungkapkan Andi Arief, akan membuat pemetaaan daerah rawan gempa yang rencananya akan selesai pada tahun ini.  "Upaya ini juga merupakan bagian dari program pemerintah mengenai pengurangan resiko bencana," katanya. (Yunanto Wiji Utomo)