Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya mengajak warga Tengger di kawasan Gunung Bromo untuk membuat batik yang khas. Tujuannya: hidupkan lagi perekonomian warga Tengger.Pelatihan bagi 15 orang warga Tengger dilaksanakan di SMK 11 Siwalankerto, Surabaya. "Kami akan terus pantau perkembangan dan mendukung pemasaran sampai warga benar-benar bisa mandiri," kata Ketua LPPM Unair Dr. Djoko Agus Purwanto Apt MSi di Surabaya, Selasa (24/5). Ia menilai pelatihan belajar membatik itu mempunyai prospek cerah untuk membangun kembali perekonomian warga Tengger.Saat ini, pwarga Desa Ngadas bersama enam peserta lain dari Surabaya belajar teknik dasar pembuatan batik tulis dan merangkai aksesoris ataupun pernak-pernik dari kain perca (kain sisa) di Surabaya. "Para peserta yang datang dari Surabaya adalah anak panti asuhan dan sebagian lain adalah para penyandang tuna daksa," katanya.Sebagai salah satu strategi pemasaran yang dilaksanakan adalah mewajibkan seluruh hotel di sekitar wilayah wisata Bromo untuk memajang hiasan dinding berupa batik tulis dan cenderamata buatan warga Tengger khas Bromo.Desain batik warga Tengger diharapkan bisa diterima masyakarat. Menurut salah seorang peserta pelatihan penderita tunadaksa Heru Sulistiyawan, mengatakan dirinya memang sengaja membuat batik yang mengusung variabel gambar khas Bromo. "Seperti kuda, kupu-kupu, wortel, Gunung Bromo, dan bunga Edelweiss yang menjadi ciri kuat kebudayaan di sana," katanya. "Desain batik akan kami bawa ke Sentral HAKI Unair untuk dipatenkan menjadi batik khas Tengger," ujar Dr. Djoko. (Jodhi Yudono)